“Tak
pernah ada kejelasan”, untaian kata terucap dari mulut si mus. Teman- temanya
yang sedang duduk kaget dengan ucapan si mus yang kelihatan seperti ngelindur.
Merasa
selalu berupaya sebaik mungkin mengerjakan sesuatu tapi hasilnya tetap tidak
sesuai dengan apa yang di rencaakan. Hidup ini gelap dan kebutuhan terhadap
cahaya bersifat primer atau utama. Siapa yang dapat memberikan jaminan bahwa
esok kita tetap bisa makan, bisa bernafas, bisa hidup, maupun bisa memgang
tangan istrinya?. Tidak ada yang brani menjamin atas kehidupan ini, kecuali
yang maha punya di atas segalanya.
Dalam sebuah organisasi si mus
merupakan orang yang tidak terlalu penting, ada atau tidaknya si mus tidak
begitu berpengaruh bagi organisasi yang dia ikuti. Ada 3 organisasi yang dia
ikuti semasa kuliah dan kesemuanya tergolong selalu tidak beres, niat utama
masuk ditanamkan pada dirinya untuk bersungguh-sungguh dalam keanggotaan,
nyatanya dalam perjalanan berubah dan bahkan tak sedikit yang merasa dirugikan.
Si mus memang anaknya gampang menjadwalkan sesuatu tapi gampang pula kadang
membelok dari apa yang dijadwalkan. Tapi ya memang bila si mus kudu berjanji
hidup semati dalam suatu organisasi atau jadwal yang ditentukanya itu tidak
mungkin karena dia masih punya tuhan dalam hidupnya jadi ya kalo harus untuk
hidup dan mati untuk organisasi atau jadwalnya dia mengambil alih kekuasaan
tuhan atas hidupnya.
Memang sering kita lupa akan
kewajiban utama kita hidup, yakni ngawulo
marang gusti. Kalo kita mau hidup ya kudu menjadi hamba Allah, karena
kehidupan ini hanyalah pinjamanNya. Mata, hidung, telinga, dan semua kehidupan
ini adaah milikNya dan suatu saat, kapanpun, dimanapun bila Allah mau
mengambilnya kita harus terima. Tapi jadi hamba bukan berarti kita harus sholat
terus, atau berzikir terus tampa harus bekerja. Coba dilogikakan ketika warga
desa anda bersih-bersih jalan dan lingkungan desa bersama-sama sedangkan anda
di mushola membaca zikir sendiri sudah barang tentu akan di lempar dengan
cangkul kepala anda. Baik juga bermacam macam yang terpenting adanya
keseimbangan antara hablum minallah dan hablum minannas, antara agama dan
sosial, jika sudah terpenuhi maka baiklah kehidupan.
Pada intinya bahwa kehidupan ini
gelap, tidak terang. Hanyaa Allah yang tau skenario kehidupan mahluknya.
Mahkluk yang bernama manusia kadang egois atas kehidupanya dan merasa bahwa
dialah yang memiliki dan mengatur hidupnya. Tidak heran karena pada dasarnya
manusia memiliki akal, dan cenderung tinggi hawa nafsunya. Maka jalan yang
tidak salah adalah ya mencari cahaya disetiap kehidupan, sumber cahaya, dan
menjaga cahaya ketika sudah di dapat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar