Minggu, 02 Februari 2014

Si Mus Gakje



“Tak pernah ada kejelasan”, untaian kata terucap dari mulut si mus. Teman- temanya yang sedang duduk kaget dengan ucapan si mus yang kelihatan seperti ngelindur.
Merasa selalu berupaya sebaik mungkin mengerjakan sesuatu tapi hasilnya tetap tidak sesuai dengan apa yang di rencaakan. Hidup ini gelap dan kebutuhan terhadap cahaya bersifat primer atau utama. Siapa yang dapat memberikan jaminan bahwa esok kita tetap bisa makan, bisa bernafas, bisa hidup, maupun bisa memgang tangan istrinya?. Tidak ada yang brani menjamin atas kehidupan ini, kecuali yang maha punya di atas segalanya.
            Dalam sebuah organisasi si mus merupakan orang yang tidak terlalu penting, ada atau tidaknya si mus tidak begitu berpengaruh bagi organisasi yang dia ikuti. Ada 3 organisasi yang dia ikuti semasa kuliah dan kesemuanya tergolong selalu tidak beres, niat utama masuk ditanamkan pada dirinya untuk bersungguh-sungguh dalam keanggotaan, nyatanya dalam perjalanan berubah dan bahkan tak sedikit yang merasa dirugikan. Si mus memang anaknya gampang menjadwalkan sesuatu tapi gampang pula kadang membelok dari apa yang dijadwalkan. Tapi ya memang bila si mus kudu berjanji hidup semati dalam suatu organisasi atau jadwal yang ditentukanya itu tidak mungkin karena dia masih punya tuhan dalam hidupnya jadi ya kalo harus untuk hidup dan mati untuk organisasi atau jadwalnya dia mengambil alih kekuasaan tuhan atas hidupnya.
            Memang sering kita lupa akan kewajiban utama kita hidup, yakni ngawulo marang gusti. Kalo kita mau hidup ya kudu menjadi hamba Allah, karena kehidupan ini hanyalah pinjamanNya. Mata, hidung, telinga, dan semua kehidupan ini adaah milikNya dan suatu saat, kapanpun, dimanapun bila Allah mau mengambilnya kita harus terima. Tapi jadi hamba bukan berarti kita harus sholat terus, atau berzikir terus tampa harus bekerja. Coba dilogikakan ketika warga desa anda bersih-bersih jalan dan lingkungan desa bersama-sama sedangkan anda di mushola membaca zikir sendiri sudah barang tentu akan di lempar dengan cangkul kepala anda. Baik juga bermacam macam yang terpenting adanya keseimbangan antara hablum minallah dan hablum minannas, antara agama dan sosial, jika sudah terpenuhi maka baiklah kehidupan.
            Pada intinya bahwa kehidupan ini gelap, tidak terang. Hanyaa Allah yang tau skenario kehidupan mahluknya. Mahkluk yang bernama manusia kadang egois atas kehidupanya dan merasa bahwa dialah yang memiliki dan mengatur hidupnya. Tidak heran karena pada dasarnya manusia memiliki akal, dan cenderung tinggi hawa nafsunya. Maka jalan yang tidak salah adalah ya mencari cahaya disetiap kehidupan, sumber cahaya, dan menjaga cahaya ketika sudah di dapat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar