Minggu, 02 Februari 2014

IAK TP



            Penggusuran besar-besaran dilakukan oleh PT IAK (baca dibalik dari K) terhadap sejumblah penjual di sekitar tempat berhentinya stasiun. Tampa pandang bulu dan gulu, semua bangunan yang katanya mengganggu diluluh lantahkan oleh puluhan tenaga manusia berseragam satpol dan saudaranya. Sekilas terlihat barisan pembela hak rakyat membuat barisan perlawanan, dengan suara lantang, lagu pembelaan dan gontok-gontokan mereka menolah penggusuran tersebut.
            Yaa rabu waktu setempat, penderitaan rakyat nampak jelas oleh penguasa. Hanya mencari sesuap nasi saja dikatakan membuat pemandangan sumpek dan sempit sebuah lokasi, hanya demi hidup sehari mereka dikatakan sebagai sampah yang tak berguna. Para pedagang asongan dan pemilik toko di kawasan stasiun menjadi korban penggusuran. Keputusan picik dan licik dibuat oleh segelintir oknum untuk menindas nindas rakyat kecil dan untuk kepuasan perut mereka. Perjanjian dan kontrak akan tanah dan toko sudah disepakati bersama dan para penjual sudah membayarkan uang kontrak satu tahun tiba-tiba dilanda khianat yang tidak perperi kehewanan.
            Memang makan memakan uang orang menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi para pejabat dan oknum koruptor saat ini, hingga tak sadar bahwa mereka telah memakan bangkai dan nanah yang sudah berada di dalam tong sampah. Bukan lagi ngerasani yang dosanya ibarat makan bangkai, tapi memakan uang rakyat adalah juga memakan bangkai anjing yang mana anjing tersebut curian jadi dobel-dobelah hukum haram didalamnya. Kotor dan jijik sekali mereka jika digambarkan dan akan menjadikan kita tidak bisa makan karena joroknya hal tersebut.
            Raktyat hanya butuh hidup sederhana sejahtera, tak ada yang terlintas selain hal itu. Mereka sebenarnya tak akan menolak digusur apabila mereka juga mendapatkan hak atas kontrak nota kesepakatan bersama. Mereka tak akan menolak untuk ditertipkan asalkan ada jaminan pekerjaan yang sesuai dengan apa yang menjadi pekerjaan mereka. Bukankah kewajiban negara adalah menjadikan rakyatnya gemah ripah loh jinawi, adem ayem tentrem?. Tak sepatutnya mereka yang berkuasa melakukan tindakan penggusuran sepihak dengan melupakan kontrak. Apa gunanya mereka sarjana, doktor, dan lain sebagainya kalau hasilnya adalah membodohi sesama.
            Kali ini saya setuju dengan ungkapan “bahwa memakan uang rakyat dosanya tidak hanya di dunia bahkan di akhirat”. Ingat bila rakyat tersakiti maka rakyat akan berontak. Tak sadarkah mereka yang dahulu memerdekakan bangsa adalah rekyat, sedangkan para petingginya adalah antek penjajah. Tampaknya hal tersebut terjadi lagi pada negri ini sekarang, bukan lagi musuh nyata tapi musuh dalam selimut. Mereka berkedok mempertahankan hak rakyat tapi juga punya kepentingan picik yang lebih. Ibarat tentarajepang yang mengatakan bahwa mereka adalah pembantu kemerdekaan dari belanda, setelah belanda pergi mereka juga menghianati perjanjian dan balik menjajah indonesia. Sungguh masalah yang rumit.
            Belum lagi kasus porong, centuri, hambalang,simulator sim, partai kandang sapi dan macam-macam lagi yang mungkin tak akan selesai hingga tamat, hanya akan bersambung dan akan ada lagi part berikutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar