Penggusuran
besar-besaran dilakukan oleh PT IAK (baca dibalik dari K)
terhadap sejumblah penjual di sekitar tempat berhentinya stasiun. Tampa pandang
bulu dan gulu, semua bangunan yang katanya mengganggu diluluh lantahkan oleh
puluhan tenaga manusia berseragam satpol dan saudaranya. Sekilas terlihat
barisan pembela hak rakyat membuat barisan perlawanan, dengan suara lantang,
lagu pembelaan dan gontok-gontokan
mereka menolah penggusuran tersebut.
Yaa rabu
waktu setempat, penderitaan rakyat nampak jelas oleh penguasa. Hanya mencari
sesuap nasi saja dikatakan membuat pemandangan sumpek dan sempit sebuah lokasi,
hanya demi hidup sehari mereka dikatakan sebagai sampah yang tak berguna. Para
pedagang asongan dan pemilik toko di kawasan stasiun menjadi korban
penggusuran. Keputusan picik dan licik dibuat oleh segelintir oknum untuk
menindas nindas rakyat kecil dan untuk kepuasan perut mereka. Perjanjian dan
kontrak akan tanah dan toko sudah disepakati bersama dan para penjual sudah
membayarkan uang kontrak satu tahun tiba-tiba dilanda khianat yang tidak
perperi kehewanan.
Memang
makan memakan uang orang menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi para pejabat
dan oknum koruptor saat ini, hingga tak sadar bahwa mereka telah memakan
bangkai dan nanah yang sudah berada di dalam tong sampah. Bukan lagi ngerasani yang dosanya ibarat makan bangkai,
tapi memakan uang rakyat adalah juga memakan bangkai anjing yang mana anjing
tersebut curian jadi dobel-dobelah hukum haram didalamnya. Kotor dan jijik
sekali mereka jika digambarkan dan akan menjadikan kita tidak bisa makan karena
joroknya hal tersebut.
Raktyat
hanya butuh hidup sederhana sejahtera, tak ada yang terlintas selain hal itu.
Mereka sebenarnya tak akan menolak digusur apabila mereka juga mendapatkan hak
atas kontrak nota kesepakatan bersama. Mereka tak akan menolak untuk
ditertipkan asalkan ada jaminan pekerjaan yang sesuai dengan apa yang menjadi
pekerjaan mereka. Bukankah kewajiban negara adalah menjadikan rakyatnya gemah ripah loh jinawi, adem ayem tentrem?.
Tak sepatutnya mereka yang berkuasa melakukan tindakan penggusuran sepihak dengan
melupakan kontrak. Apa gunanya mereka sarjana, doktor, dan lain sebagainya
kalau hasilnya adalah membodohi sesama.
Kali ini
saya setuju dengan ungkapan “bahwa
memakan uang rakyat dosanya tidak hanya di dunia bahkan di akhirat”. Ingat
bila rakyat tersakiti maka rakyat akan berontak. Tak sadarkah mereka yang
dahulu memerdekakan bangsa adalah rekyat, sedangkan para petingginya adalah
antek penjajah. Tampaknya hal tersebut terjadi lagi pada negri ini sekarang,
bukan lagi musuh nyata tapi musuh dalam selimut. Mereka berkedok mempertahankan
hak rakyat tapi juga punya kepentingan picik yang lebih. Ibarat tentarajepang
yang mengatakan bahwa mereka adalah pembantu kemerdekaan dari belanda, setelah
belanda pergi mereka juga menghianati perjanjian dan balik menjajah indonesia.
Sungguh masalah yang rumit.
Belum
lagi kasus porong, centuri, hambalang,simulator sim, partai kandang sapi dan
macam-macam lagi yang mungkin tak akan selesai hingga tamat, hanya akan
bersambung dan akan ada lagi part berikutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar