Setelah
mendengarkan beberapa info tentang adanya acara bedah
buku, si mus tertarik untuk datang dan sekedar golek pangerten atau menambah pengetahuan. Salah satu ormas
terbesar di negri ini mengadakan acara bedah buku yang membahas seorang tokoh
pendiri ormas tersebut, dalam rangka harlah ke 90 ini ormas tetap akan menjaga
eksistensi dan kedinamisanya sebagai wadah bagi kegiatan masyarakat untuk
mencapai sebuah ketentraman beribadah melalui sebuah gerakan masyarakat yang
mempunyai visi dan misi yang sama,yakni tegaknya Addinullah.
Ormas
adalah ormas bukan agama, sering dilihat disekitar bahwa ormas seoalah sebagai
agama yang harus dipegang mati-matian dengan berbagai macam simbol-simbol yang
populer disekelilingnya. Setelah menjadi sebuah harga mati maka bila ada
golongan atau kelompok yang tidak seormas maka dijauhi, dicemo’oh,
digunjing,atau bahkan dimusuhi. Apakah sebenarnya pelaku alias manusia yang
berormas ataukah nilai-nilai ormasnya yang salah selama ini? Sehingga
menjadikan sekelompok orang membenci kelompok lain atas perbedaan ormas,
padahal Allah tidak menyukai adanya perpecahan.
Tidak
ada yang melarang fanatik terhadap sesuatu, karena fanatik juga baik untuk
melestarikan sebuah kebaikan yang telah ditanamkan dan dijalankan. Namun
fanatik brutal yang perlu dihindari, fanatik yang secara garis keras menolak,
melakukan kekerasan, menggunjing dan menghina atau lain sebagainya dan merasa
bahwa golonganyalah yang kanan, golonganyalah yang benar, golonganyalah yang
akan masuk syurga sedangkan yang lain itu sesat, salah, tidak benar, dan pasti
masuk neraka. Jika memang begitu berarti mereka telah mengambil sifat angung
Ilahi Robby dengan menentukan semuanya sesuai atas nama golonganya, maka
sungguh sangat mengenaskan kadaan seperti ini.
Sebuah
nilai dan pengetahuan memang si mus dapatkan pada acara ini, secara pengamatan
dia mengetahui bahwa memang ormas ini di bentuk karena memiliki latar belakang
yang sangat panjang dan begitu mengesan yang di gagas oleh pendirinya. Satu
nilai yang sebenarnya sudah jauh terlupakan sekarang dari ormas-ormas yang ada,
bahwa pendiri ormas ini menjunjung tinggi yang namanya saling menghargai. Baik dari
segi pemikiran, argumentasi, maupun yang lainya, nilai demokrasi yang sangat
terbuka tampa harus mencederai orang atau pihak lain. Namun pelaku dari ormas
sekarang sudah benar-benar lupa akan makna sebuah ormas, bukan nila-nilai dasar
kebaikan yang dipertahankan tapi hanyalah kebesaran nama, almamater, bangunan,
kantor, lambang bendera, dan banyaknya pendukung. Sehingga jika ada ormas yang
kelihatan bersinar maka secara langsung akan melakukan kudeta untuk mendapatkan
masa dan akan berusaha menyingkirkan. Dan sudah patutnya mereka sadar dan
membaca atau mengkaji kembali apa motif pendiri dan bagaimanakah seharusnya
mereka berjalan kedepanya.
Ormas
juga perlu akan tetapi perlu diingat bahwasanya ormas adalah wadah bagi
sekumpulan orang yang seharusnya menyebarkan dan selalu menjalankan nilai
keormasanya tentunya berdasarkan azas agama, tanpa harus kearab-arabpan juga
tidak ke ndeso-ndesoan. Maulah membuka dan dinamis terhadap segala sesuatu,
karena memang dengan demikian akan mendapatkan nilai kebaikan tanpa harus
menghancurkan sana-sini. Apalagi di tengah zaman yang semakin modernt sekarang,
tidak salah jika masyarakat membutuhkan wadah yang memang sesuai dengan
keinginan dan tujuan hidup yang nyaman, dan mungkin ormas wadanya tapi ingat
yang penting jangan dicampuri dengan politik praktis.
Lha
wong sekarang ini banyak yang menggembor-gemborkan model kepemimpinan yang
baik, islami, bukan demokrasi tapi model araab namanya,,,hemmmmmm tapi
ujung-ujungjya tetap politik praktis yang menjadi tujuan, kekuasaan, pemerintahaan
dan bangku jabatan.Yang penting dengan nama-nama islami di ikuti, memang
manusia tidak akan berhenti hidup dengan masalahnya.Jangan selalu melihat
sebuah perkara atau persoalan dari kulitnya alias luarnya, tapi mencoba
ketahuilah bagaimana dagingya dan tulangya. Bagi orang si mus ya mungkin akan
tetap mencoba memegang apa yang telah menjadi pembelajarajnya terutama pada
ulama’,karena ulama’ adalah pewaris para nabi. Tapi bukan asal taqlid saja si
mus akan tetap terbuka dan dinamis di setiap menjalani kehidupanya dengan
harapan akan mendapatkan kebaikan.<>