Minggu, 02 Februari 2014

Agama Ormas



Setelah mendengarkan beberapa info tentang adanya acara bedah buku, si mus tertarik untuk datang dan sekedar golek pangerten atau menambah pengetahuan. Salah satu ormas terbesar di negri ini mengadakan acara bedah buku yang membahas seorang tokoh pendiri ormas tersebut, dalam rangka harlah ke 90 ini ormas tetap akan menjaga eksistensi dan kedinamisanya sebagai wadah bagi kegiatan masyarakat untuk mencapai sebuah ketentraman beribadah melalui sebuah gerakan masyarakat yang mempunyai visi dan misi yang sama,yakni tegaknya Addinullah.
Ormas adalah ormas bukan agama, sering dilihat disekitar bahwa ormas seoalah sebagai agama yang harus dipegang mati-matian dengan berbagai macam simbol-simbol yang populer disekelilingnya. Setelah menjadi sebuah harga mati maka bila ada golongan atau kelompok yang tidak seormas maka dijauhi, dicemo’oh, digunjing,atau bahkan dimusuhi. Apakah sebenarnya pelaku alias manusia yang berormas ataukah nilai-nilai ormasnya yang salah selama ini? Sehingga menjadikan sekelompok orang membenci kelompok lain atas perbedaan ormas, padahal Allah tidak menyukai adanya perpecahan.
Tidak ada yang melarang fanatik terhadap sesuatu, karena fanatik juga baik untuk melestarikan sebuah kebaikan yang telah ditanamkan dan dijalankan. Namun fanatik brutal yang perlu dihindari, fanatik yang secara garis keras menolak, melakukan kekerasan, menggunjing dan menghina atau lain sebagainya dan merasa bahwa golonganyalah yang kanan, golonganyalah yang benar, golonganyalah yang akan masuk syurga sedangkan yang lain itu sesat, salah, tidak benar, dan pasti masuk neraka. Jika memang begitu berarti mereka telah mengambil sifat angung Ilahi Robby dengan menentukan semuanya sesuai atas nama golonganya, maka sungguh sangat mengenaskan kadaan seperti ini.
Sebuah nilai dan pengetahuan memang si mus dapatkan pada acara ini, secara pengamatan dia mengetahui bahwa memang ormas ini di bentuk karena memiliki latar belakang yang sangat panjang dan begitu mengesan yang di gagas oleh pendirinya. Satu nilai yang sebenarnya sudah jauh terlupakan sekarang dari ormas-ormas yang ada, bahwa pendiri ormas ini menjunjung tinggi yang namanya saling menghargai. Baik dari segi pemikiran, argumentasi, maupun yang lainya, nilai demokrasi yang sangat terbuka tampa harus mencederai orang atau pihak lain. Namun pelaku dari ormas sekarang sudah benar-benar lupa akan makna sebuah ormas, bukan nila-nilai dasar kebaikan yang dipertahankan tapi hanyalah kebesaran nama, almamater, bangunan, kantor, lambang bendera, dan banyaknya pendukung. Sehingga jika ada ormas yang kelihatan bersinar maka secara langsung akan melakukan kudeta untuk mendapatkan masa dan akan berusaha menyingkirkan. Dan sudah patutnya mereka sadar dan membaca atau mengkaji kembali apa motif pendiri dan bagaimanakah seharusnya mereka berjalan kedepanya.
Ormas juga perlu akan tetapi perlu diingat bahwasanya ormas adalah wadah bagi sekumpulan orang yang seharusnya menyebarkan dan selalu menjalankan nilai keormasanya tentunya berdasarkan azas agama, tanpa harus kearab-arabpan juga tidak ke ndeso-ndesoan. Maulah membuka dan dinamis terhadap segala sesuatu, karena memang dengan demikian akan mendapatkan nilai kebaikan tanpa harus menghancurkan sana-sini. Apalagi di tengah zaman yang semakin modernt sekarang, tidak salah jika masyarakat membutuhkan wadah yang memang sesuai dengan keinginan dan tujuan hidup yang nyaman, dan mungkin ormas wadanya tapi ingat yang penting jangan dicampuri dengan politik praktis.
Lha wong sekarang ini banyak yang menggembor-gemborkan model kepemimpinan yang baik, islami, bukan demokrasi tapi model araab namanya,,,hemmmmmm tapi ujung-ujungjya tetap politik praktis yang menjadi tujuan, kekuasaan, pemerintahaan dan bangku jabatan.Yang penting dengan nama-nama islami di ikuti, memang manusia tidak akan berhenti hidup dengan masalahnya.Jangan selalu melihat sebuah perkara atau persoalan dari kulitnya alias luarnya, tapi mencoba ketahuilah bagaimana dagingya dan tulangya. Bagi orang si mus ya mungkin akan tetap mencoba memegang apa yang telah menjadi pembelajarajnya terutama pada ulama’,karena ulama’ adalah pewaris para nabi. Tapi bukan asal taqlid saja si mus akan tetap terbuka dan dinamis di setiap menjalani kehidupanya dengan harapan akan mendapatkan kebaikan.<>

Dendam kepada Bapak!



Aku akan mengingatmu Bapak!!
            Pelajaran baru di dapat si mus saat si mus dengan temanya dan seorang kiyai pengasuh pesantren berbincang-bincang soal drum band. Awalnya pembicaraan hanya berkutat masalah senar, balera, pianika dan alat-alat pukul drum band lainya. Namun setelah setengah jam kemudian perbincangan berubah menjadi sebuah majelis keilmuan dan ketukan rohani.
            Salah seorang teman si mus mulai bercerita tentang kisah hidupnya ke dalam perbincangan. Sebelumnya saya akan gambarkan teman si mus ini, dia adalah anak seorang pengasuh pesantren di sebuah pulau barat jawa dan saat tulisan ini di tulis dia adalah pelatih drum band terknal yang malang melintang di kota pelajar yogyakarta. Di mulai dari cerika ketika dia masih umur belasan, atas beberapa kenakalanya dia di usir dari rumahnya tanpa boleh membawa apapun selain apa yang dia kenakan. Bahkan sang ibu yang berniat memberikan saku-pun tidak diperbolehkan memberinya uang. Akhirnya sang anak itu pergi meninggalkan rumah ddengan perasaan dan fikiran kacau tak dapat dibayangkan. Namun apa yang menjadi tekad anak tersebut hanyakah kelak ia dapat membuktikan kepada sang bapak bahwa ia mampu dan sukses tampa diberi ataupun meminta pada bapaknya.
            Ceritapun berlanjut. Anak tadi meneruskan pendidikan hingga sampai di perguruan tinggi di daerah yang masih satu provinsi dengan rumanya. Namun dia tidak pernah sekalipun pulang atau kembali kerumah. Pendidikan di perguruan tinggi dia sokong dari haril keahlianya menekuni drum band semenjak waktu masih SMP, hingga ketika sampai menjadi pelatih. Di perguruan tinggi dia telah mempunyai kesibukan untuk melatih drum band, tak di pungkiri kuliahnyapun tidak termanage dengan baik dan pada akhirnya dia memutuskan untuk keluar dari perguruan tinggi dan melanjutkan kehidupanya.
            Setelah keluar dari perguruan tinggi dia berhijrah ke jakarta, dengan berbekal kenekatan tampa ada tujuan. Dalam ceritanya ia sempat bekerja apapun, di pasar, di terminal, jadi apapun dan sempat juga makan dengan nasi buangan yang berada di kotak/ tong sampah. Ketika masa iti ia teringat akan usiran sang bapak dan perlakuan bapaknya yang keras waktu dulu, tambah menggebu-gebulah perasaanya untuk segera dapat membuktikan kesuksesanya. Berdasarkan keahlianya bermain drum band singkat kata dia sudah mendapatkan uang untuk kehidupanya dan pernah juga mengikuti pelatihan marcing band di istora istora jakarta, ia-pun mempunyai banyak teman dari komunitas drum bandya. Dia di kenal sebagai anak yang cerdas dan gigih dalam berlatih dan mengajar drum band, akhirnya tawaran melatih di ujung timur jawa yakni surabaya datang menghampiri.
            Disurabaya beberapa tahun berlalu dia tinggal dengan berbagai rutinitasnya. Tak ada kabar dengan teman-temanya dahulu, dan ketika suatu waktu ia mempunyai keinginan untuk main ke tempat nenek dari ibunya di jogja yang sewaktu kecil dulu ia pernah di ajak maen kesana. Berbekal kenekatan ia pun beranngkat dan akhirnya  bertemulah dengan sang nenek. Awal kehidupan baru ia jalani lagi. Tuturnya lagi dalam cerita, suatu ketika ia pergi dan tidak sengaja melihat di lapangan anak-anak SD berlatih drum band namun sang pelatih tak kunjung datang. Dilihatnya kepala sekolah berada di samping lapangan, dengan cekadtan temen si mus menawarkan diri untuk menemani anak-anak sembari menunggu pelatih drum bandnya datang. Kepala sekolah itupun merasakan aneh dan bertanya kepada temen si mus,
“Anda sepertinya bukan orang sini ya mas??”  Tanya kepala sekolah.
“Iya benar, kok bapak tahu kalau saya bukan orang sini?” Jawab temen si mus yang juga balik bertanya
“Logat bahasanya berbeda mas”. Jawab kepala sekolah lagi.
“Benar pak, memang saya berasal dari pulau sebrang sana”. Jelas teman si mus.
Dan akhirnya temen si mus menemani anak-anak latihan drum band. Hampir beberapa jam berlalu drum band yang dibunyikan asik untuk di dengar sang guru/kepala sekolah dan sang kepala sekolah-pun memujinya. Dan ketika waktu latihan selesai seman si mus pun memberikan alamat tempat ia tinggal (alamat neneknya) sekarang.
            Setelah beberapa hari sang kepala sekolah menghampiri temen si mus di tempai neneknya dan menawarkan pekerjaan sebagai pelatih drum band di SD-nya tahun depan, karena untuk tahun itu pihak sekolah sudan mengikat kontrak pelatih selama satu tahun. Tak berselang tawaran itu-pun di ambil. Singkat cerita temen si mus enjadi pelatih drum band tetap dan cara melatih dan hasil racikan nadanya di sukai banyak orang. Perlombaan demi perlombaan di ikutinya dengan membawa pulang juara demi juara dan murid sekolahan tersebut terus bertambah tahun demi tahun.
            Akhirnya sayap karirnya sebagai pelatih di mulai ketika pada suatu saat kejuaraan dia melihat temanya dahulu yang bersama-sama berlatih dan mengikuti kejuaran drum band di istora senayan jakarta. Ke dua teman itupun berceritta dan ternyata dia merupakan salah seorang pengurus drum band daerah di jogja. Ketika di adakan rapat pengurus pemda di undanglah teman si mus ke dalam forom dan di situ diperkenalkan-lah dia di depan banyak pengurus yang hadir. Dan tidak tanggung-tanggung dia di perkenalkan sebagai pelatih drum band yang telah sukses dan malang melintang di jawa dan sumatra. Tak ayal sambutan bangga di sampaikan seluruh orang yang ada dalam forum rapat tersebut.

Si Mus Gakje



“Tak pernah ada kejelasan”, untaian kata terucap dari mulut si mus. Teman- temanya yang sedang duduk kaget dengan ucapan si mus yang kelihatan seperti ngelindur.
Merasa selalu berupaya sebaik mungkin mengerjakan sesuatu tapi hasilnya tetap tidak sesuai dengan apa yang di rencaakan. Hidup ini gelap dan kebutuhan terhadap cahaya bersifat primer atau utama. Siapa yang dapat memberikan jaminan bahwa esok kita tetap bisa makan, bisa bernafas, bisa hidup, maupun bisa memgang tangan istrinya?. Tidak ada yang brani menjamin atas kehidupan ini, kecuali yang maha punya di atas segalanya.
            Dalam sebuah organisasi si mus merupakan orang yang tidak terlalu penting, ada atau tidaknya si mus tidak begitu berpengaruh bagi organisasi yang dia ikuti. Ada 3 organisasi yang dia ikuti semasa kuliah dan kesemuanya tergolong selalu tidak beres, niat utama masuk ditanamkan pada dirinya untuk bersungguh-sungguh dalam keanggotaan, nyatanya dalam perjalanan berubah dan bahkan tak sedikit yang merasa dirugikan. Si mus memang anaknya gampang menjadwalkan sesuatu tapi gampang pula kadang membelok dari apa yang dijadwalkan. Tapi ya memang bila si mus kudu berjanji hidup semati dalam suatu organisasi atau jadwal yang ditentukanya itu tidak mungkin karena dia masih punya tuhan dalam hidupnya jadi ya kalo harus untuk hidup dan mati untuk organisasi atau jadwalnya dia mengambil alih kekuasaan tuhan atas hidupnya.
            Memang sering kita lupa akan kewajiban utama kita hidup, yakni ngawulo marang gusti. Kalo kita mau hidup ya kudu menjadi hamba Allah, karena kehidupan ini hanyalah pinjamanNya. Mata, hidung, telinga, dan semua kehidupan ini adaah milikNya dan suatu saat, kapanpun, dimanapun bila Allah mau mengambilnya kita harus terima. Tapi jadi hamba bukan berarti kita harus sholat terus, atau berzikir terus tampa harus bekerja. Coba dilogikakan ketika warga desa anda bersih-bersih jalan dan lingkungan desa bersama-sama sedangkan anda di mushola membaca zikir sendiri sudah barang tentu akan di lempar dengan cangkul kepala anda. Baik juga bermacam macam yang terpenting adanya keseimbangan antara hablum minallah dan hablum minannas, antara agama dan sosial, jika sudah terpenuhi maka baiklah kehidupan.
            Pada intinya bahwa kehidupan ini gelap, tidak terang. Hanyaa Allah yang tau skenario kehidupan mahluknya. Mahkluk yang bernama manusia kadang egois atas kehidupanya dan merasa bahwa dialah yang memiliki dan mengatur hidupnya. Tidak heran karena pada dasarnya manusia memiliki akal, dan cenderung tinggi hawa nafsunya. Maka jalan yang tidak salah adalah ya mencari cahaya disetiap kehidupan, sumber cahaya, dan menjaga cahaya ketika sudah di dapat.

IAK TP



            Penggusuran besar-besaran dilakukan oleh PT IAK (baca dibalik dari K) terhadap sejumblah penjual di sekitar tempat berhentinya stasiun. Tampa pandang bulu dan gulu, semua bangunan yang katanya mengganggu diluluh lantahkan oleh puluhan tenaga manusia berseragam satpol dan saudaranya. Sekilas terlihat barisan pembela hak rakyat membuat barisan perlawanan, dengan suara lantang, lagu pembelaan dan gontok-gontokan mereka menolah penggusuran tersebut.
            Yaa rabu waktu setempat, penderitaan rakyat nampak jelas oleh penguasa. Hanya mencari sesuap nasi saja dikatakan membuat pemandangan sumpek dan sempit sebuah lokasi, hanya demi hidup sehari mereka dikatakan sebagai sampah yang tak berguna. Para pedagang asongan dan pemilik toko di kawasan stasiun menjadi korban penggusuran. Keputusan picik dan licik dibuat oleh segelintir oknum untuk menindas nindas rakyat kecil dan untuk kepuasan perut mereka. Perjanjian dan kontrak akan tanah dan toko sudah disepakati bersama dan para penjual sudah membayarkan uang kontrak satu tahun tiba-tiba dilanda khianat yang tidak perperi kehewanan.
            Memang makan memakan uang orang menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi para pejabat dan oknum koruptor saat ini, hingga tak sadar bahwa mereka telah memakan bangkai dan nanah yang sudah berada di dalam tong sampah. Bukan lagi ngerasani yang dosanya ibarat makan bangkai, tapi memakan uang rakyat adalah juga memakan bangkai anjing yang mana anjing tersebut curian jadi dobel-dobelah hukum haram didalamnya. Kotor dan jijik sekali mereka jika digambarkan dan akan menjadikan kita tidak bisa makan karena joroknya hal tersebut.
            Raktyat hanya butuh hidup sederhana sejahtera, tak ada yang terlintas selain hal itu. Mereka sebenarnya tak akan menolak digusur apabila mereka juga mendapatkan hak atas kontrak nota kesepakatan bersama. Mereka tak akan menolak untuk ditertipkan asalkan ada jaminan pekerjaan yang sesuai dengan apa yang menjadi pekerjaan mereka. Bukankah kewajiban negara adalah menjadikan rakyatnya gemah ripah loh jinawi, adem ayem tentrem?. Tak sepatutnya mereka yang berkuasa melakukan tindakan penggusuran sepihak dengan melupakan kontrak. Apa gunanya mereka sarjana, doktor, dan lain sebagainya kalau hasilnya adalah membodohi sesama.
            Kali ini saya setuju dengan ungkapan “bahwa memakan uang rakyat dosanya tidak hanya di dunia bahkan di akhirat”. Ingat bila rakyat tersakiti maka rakyat akan berontak. Tak sadarkah mereka yang dahulu memerdekakan bangsa adalah rekyat, sedangkan para petingginya adalah antek penjajah. Tampaknya hal tersebut terjadi lagi pada negri ini sekarang, bukan lagi musuh nyata tapi musuh dalam selimut. Mereka berkedok mempertahankan hak rakyat tapi juga punya kepentingan picik yang lebih. Ibarat tentarajepang yang mengatakan bahwa mereka adalah pembantu kemerdekaan dari belanda, setelah belanda pergi mereka juga menghianati perjanjian dan balik menjajah indonesia. Sungguh masalah yang rumit.
            Belum lagi kasus porong, centuri, hambalang,simulator sim, partai kandang sapi dan macam-macam lagi yang mungkin tak akan selesai hingga tamat, hanya akan bersambung dan akan ada lagi part berikutnya.

Si Dab loyo



Beberapa bulan terakhir teman si mus, si dap mengaku tidak tenang jiwanya, gelisah dan resah tak karuan arah hatinya, merasa bahwa selalu gagal dalam usaha selalu mendekatkan diri kepada Ilahi robby Allah SWT. Ujarnya “mus saya sudah mencoba berbuat sebisa mungkin agar tidak mengulangi perbuatan buruk dalam hidup ini, tapi setelah yang namanya nafsu muncul saya ko’ gagal terus ya..gimana caranya menghilangkan nafsu jelek ini ya, biar aku jadi kawulo yang taat terus dan selalu beribadah dan berbuat baik???”.
Si mus menyahut,, jane opo se perbuatan elekmu iku?? Ngutang ra di bayar opo ngutil rokok nek warung?..
“Kalo masalah itu mah dosa biasa mus, yang tak lakuin ini lebih jelek dan dosanya lebih besar dari pada sekedar ngutil apaagi telat mbayar utang”. Tegas si dap.
Lahhh terus duso opo?? Si mus penasaran..
Si dap “Kalo ini aku gak pengen nyeritake nek sampean mus, karena ini dosa hanya antara aku dan Allah yang tahu, jika kau tak tahu berarti Allah telah menutupi kesalahanku dari pengetahuan manusia dengan sebaik-baiknya tutup. Dan tak patut rasanya aku membuka tutup yang begitu endah itu.”.
Ya ya ya,,,oke aku paham maksudmu dap, tapi kenapa kau tetp gelisah wahay koncoku?? Tanggap si mus.
Ya selama ini kan aku mencoba untuk menjadi seorang yang lebih baik, dan mencoba untuk tidak mengulangi kesalahnku lagi, tapi gara-gara nafsu jelekku akhirnya aku selalu gagal dan gagal..terlihat si dap seih.
Lhoo ya kamu jangan nyalahin nafsu jelek too,!!! Ujar mus agak keras.
La emang karena nafsu itu kan aku selalu murka kepada roob-ku?? Si dap tambah keras.
Jelas si mus. “ngene lho kang, nafsu itu di ciptakan Allah untuk kebaikan manusia juga, mau nafsu jelek dan nafsu buruk semuanya dibutuhkan manusia, karena memang Allah sayang pada manusia. Allah memberikan nafsu buruk untuk menguji seberapa besar hambanya mampu menjaga diri dengan fikiranya agar tetap berada pada kebaikan dan ketaatan. Sedangkan Allah memberikan nafsu baik agar manusia seimbang, setelah keburukan sebaiknya diimbangi dengan kebaikan dan itu semua akan dapat dilaksanakan dengan pertimbangan akal. Itu pula yang menyebabkan manusia lebih tinggi dari pada malaikat. Aku rasa kamu juga pham dap, lha wong ngajine tafsir wes katam peng pitu ko”.
Iyo se mus, tapi aku ki tetep gak iso ngontrol terutama seng nafsu jeleku, selalu bergelora dan bergejolak dengan semaunya.. si dap mulai agak sedikit cerah mendengan omongan si mus tadi.
Kamu tu sok menjadi Tuhan ko.,emang kamu mampu berbuat baik tampa kehendak Allah tuhan semesta alam, emang kebaikan akan muncul dari kekuatanmu sendiri po?? Dan semuanya kamu sandarkan pada dirimu sendiri begitu???...salah kaprah iku jenenge dap. Kebaikan yang keluar pada setiap hamba adalah kuasa atas Allah SWT, yang sering tercermin pada saat ini adalah seolah-olah kebaikan yang timbul dari diri seseorang itu adalah karena kegigihan dan pancaran dirinya sendiri tampa di sandarkn pada Allah SWT. Dan jika mereka telah menemui ketidak nyamanan atau selalu berbuat salah merekapun juga akan menyalahkan dirinya sendiri.. bila ingin baik minta pada Allah untuk dijadikan baik, bila sudah baik minta pada Allah agar kebaikan yang telah dijalani dapat terus bersemayam dalam jiwa dengan ridho dan karunia Allah, jane yo ngono iku seng cocok kang.” Jelas si mus sambil menasehati dirinya sendiri.