Senin, 13 Mei 2013

BOS-Siswa


Terletak dimanakah tangan negara yang sesungguhnnya. Malayani kebutuhan rakyat yang tak banyak tuntutanpun keteteran. Dimanakah letak ketentraman negara yang didalamnya berjalan kehidupan yang gemah ripah loh jinawi. Bukaknakah seharusnya kebijakan harus sesuai dengan kebutuhan rakyat. Tak akan mungkin ada di dunia ini negara yang sangat sempurna dan begitu ideal sehingga tidak ada konflik di dalamnya dan kehidupanya selalu bahagia hingga kiamat tiba.
Tidak dapat menyalahkan keadaan tidak pula dapat menyalahkan kehidupan, memang segala sesuatu harus tetap dikembalikan kepada sang maha solusi, sang maha kuasa, dan sang maha bijaksana. Tuhan semata.
Setelah melihat layar datar bergambar dengan perangkat audionya alias TV, si mus mendapatkan pengetahuan baru tentang adanya sebuah desa kecil di pinggiran kota metropolitan dengan sejuta kesibukan dan kebisinganya. Desa dimana yang warganya bekerja disebagian sektor yang mereka kuasai, ada nelayan, ada pedagang, ada petani, dan masih banyak lagi. Bisa dibilang ini salah satu desa majemuk karena selain warganya bekerja di berbagai sektor juga berbagai pemeluk agama terdapat di dalamnya. Gambaran desa yang demokratis yang sangat dalam, saling menghormati atas hak dan kewajiban menjadi hal yang wajib dijalankan bagi setiap penghuninya.
Desa tersebut memiliki seorang warga yang sadar akan masalah sosial terutama pendidikan. Dia tergerak melihat anak-anak kecil di desa tersebut yang  tidak mendapatkan haknya untuk mengenyam pendidikan karena mahalnya biaya untuk sebuah kursi pendidikan. Dengan mengumpulkan tenaga dan keyakinan yang kuat, dia bersama dengan beberapa warga yang memiliki ilmu atau hanya sekedar pernah bersekolah mendirikan sebuah sekolah yang ditujukan untuk anak-anak tersebut. Dari peikiranya timbul sebuah gagasan yang menjadikan tulisan ini ada yakni soal BOS.
Mungkin orang seperti si mus BOS disini adalah program pemerintah tentang pendidikan yakni program bantuan sekolah/Biaya Oprasional Sekolah. Tetapi si mus tercengan ketika mendengar penjelasan sosok yang dilihatnya di TV ketika itu. Dengan jelas BOS di sini adalah bos yang tidak terjangkau oleh pemerintah, alias lebih baik dari apa yang sekedar proyek bajingan para koruptor berdasi(kalimat tadi murni gumamaman si mus). BOS di yang dimaksud adalah Bantuan Oprasional Siswa, berbeda dengan pemerintah yang arti dari S-nya adalah Sekolah. Kenapa karena esensinya bahwa bukan sekolah yang harus di bantu tapi siswanya yang perlu di bantu, dan oleh karena itulah dapat disimpulkan bahwa apa yang dilakukan orang ini benar-benar melihat realita dan sesuai engan apa yang dibutuhkan sesungguhnya.
Lanjutkan si mus mulai membenarkanya, “memang sebenarnya apakah selama ini orang-orang sarjana, doktor, profesor dsb membodohi rakyatnya yang memang bodoh. Dari singkatanya saja sekarang sudah dapat diketahui bahwa BOS bukan untuk bantuan siswa tapi untuk bantuan sekolah, jadi sebenarnya sudah kurang pas program ini disetujui dan disepakati apalagi dijalankan sampai sekarang. Pembodohan masal dari sebuah singkatn”..astagaa..BOS hanya dapat diperoleh di lembaga sekolah yang berlebel negri sehingga swasta tidak tersentuh sama sekali. Lha wong yang negri aja udah dapat BOS masih mahal, apalagi yang swasta ya secara tidak langsung lebih mahal, dan inilah lingkaran sistem yang telah lama berjalan.
Dari inilah kita harus benar-benar mulai membuka fikiran kita, tak akan salah bila rakyat memperjuangkan haknya atas suatu perkara yang jelas kebenaranya. Negara setiap tahun menganggarkan bertriliun-triliun untuk pendidikan, namun miris jika sekarang kita masih melihat bila ada masalah-masalah yang terus bermunculan seputar dunia pendidikan mulai dari masalah mahalnya biaya pendidikan, bangunan sekolah yang mau roboh, tidak tepatnya bantuan pemerintah hingga sampai pembenaran contekan dalam ujian, apalagi tahun ini terjadi masalah besar yakni kegagalan melaksanakan ujian serentak tingkat SMA dengan berbagai alasan dan opininya.<.>

Ketika Jiwa Tak Menemukan Kebenaran


Datang dengan berbagai masalah teman-teman si mus mencoba mengobrolkan masalahnya. Dan seolah si mus seonggok mahluk yang mempunyai tampang yang cocok untuk tempat meluapkan masalah.Si dap salah satu teman si mus memulai dengan untaian kata-kata lembut bak seorang puitis, entah itu dia dapat contekan atau itu memang mengalir dari ungkapan hatinya.
“Ketika jiwa tak lagi menemukan arah kebenaran, hati yang mengeras akibat segala perbuatan (buruk), tutur kata petunjuk yang tak pernah dilakukan, mata yang telah buta, telinga yang telah tuli, suara kebaikan berhembus layaknya angin yang meniup tak mampu mengubah semua tatanan kejelekan yang telah mengakar. Agama hanyalah simbol, nama adalah kedok, dan kebaiakan sebagai alat politik dan modus terhadap segala tujuan jahat yang terencana.
Bagaimana seorang yang mempunyai tabiat jelek akan menjadi seorang pemimpin, imam, atau rois di sebuah majelis kebenaran. Mungkinkah semua akan berjalan dengan baik sesuai dengan tatanan dan syari’at ebenaran ataukah akan membelok kepada kesesatan. Nafsu kejelekan lebih dominan dari pada nafsu kebaikan, dan esensinya mengubah tak semudah membalikkan tangan kata pujangga.
Beribadah menjadi hilang artinya, hanya raga yang berwujud ibadah tapi jiwanya tak menemukan kebenaran sejati dan tak tersambungkan pada Ilahi robby. Semua tindakan yang salah selalu dapat di benarkan sedangkan tindakan yang benar selalu dapat di salahkan. Sudahkah jiwa ini telah mengalami gonjang-ganjing besar, adakah sosok semar seperti cerita pewayangan yang muncul mengembalikan keseimbangan hidup ataukah bencana besar melanda dan menghanguskan jiwa raga yang sudah rusak ini.
Tak dapat dipungkiri ketika kita bertutur dan memberikan solusi terhadap suatu masalah tak ayal seperti orang yang paling benar dihadapan orang yang kita beri pitutur. Tapi ketika kita sudah mengalami permasalahan yang sama maka sering kali kita juga mengalami kebingungan yang luar biasa untuk menyelesaiakannya dan penerapan solusi yang telah kita ungkapkan kepada orang sering tidak sesui”.
Panjang cerita si dap dan seperti memberikan tamparan kesadaran kepada si mus bahwa mungkin selama ini semuanya cocok. Mus sadar juga apa yang telah dikatakan temanya sudah sering berlaku pada dirinya. Si mus pun mulai berkata dengan tujuan ia mengingatkan dirinya sendiri serta berusaha menungkapkan fikiranya kepad temanya toh temanya mau menganggap itu solusi atau bukan menurut si mus terserah.
“Kita memang mahluk yang lemah tapi juga kuat, kadang kebaikan kita melebihi ketaatan malaikat pada tuhan, kadang juga kita membelot lebih murka dari apa yang dilakukan iblis kepada Tuhan. Namun memang jika kita mampu memanfaatkan segala yang telah di berikan Tuhan kepada sesungguhnya tidak ada yang sia-sia, keyakinan kita setidaknya tetap mempunyai keyakinan bahwa mungkin saat ini kita berbuat kemaksiatan ataupun kesalahan namun kelak kita juga akan berubah menjadi lebih baik dan jauh lebih baik. Dan ketika kita saat ini sudah berada pada kebenaran kita juga harus sadar bahwa kebaikan kita adalah berkat kuasa Tuhan memberikan kemampuan kepada kita untuk berada pada jalan kebaiakn, bayangkan ketika kebaikan itu di cabut maka kita pun akan menjadi tersesat dan hina” ungkapan si mus.
Terus??? tanya si dap
Dengan hati-hati mus menjawab “Tetaplah mempunyai prasangka baik kepada setiap yang ada di depan kita dan meminta petunjuk kepada tuhan, jika kita tetap melakukan kejelekan, terus meminta kebaikan dan petunjuk kepada Tuhan dan setidaknya seketika itu kita menyesal dan mencoba terus mencoba untuk tidak melakukan kembali”.
Tamparan ini akan menjadi lukisan untuk si mus karena memang realitas ini yang sering terjadi dan seolah semuanya dapat menjadikan diri ini tak mendapatkan petunjuk dari Tuhan sehingga terbesit bahwa hidup ini sudah tak ada gunanya dan mati adalah jalan satu-satunya. Serta dengan perkataan dan kucilan orang-orang di sekitar yang selalu merasa benar maka lengkaplah segala penderitaan kita yang melakukan kesalahan. Hanya diri dan kuasa Tuhanlah yang dapat mengubah semua ini, yang jelas terdapat sebuah pelajaran hidup dari sebuah kesalahan namun juga tak harus salah dahulu untuk menjadi orang yang benar.
*________________________________________________________________*

EKTP-Ealah


            Semakin hari semakin ada saja yang menjadi bahan omongan rakyat kecil, mulai dari masalah E- KTP yang ruwet, perbudakan pekerja panci, sampai pembuatan UU baru hingga kenaikan BBM. Sebenarnya apa yang melatar belakangi persoalan-persoalan itu, rakya akan semakin suah dan tak karuan tatanan kehidupan bernegara ini. Gonjang-ganjing negri ini memang tidak akan berhenti, dan rakyatnya sudah terbukti dan teruji adalah rakya yang kuat dan terbang tinggi seperti garuda tak gentar dengan siapa saja. Mau harga BBM naik menjad Rp. 6.500 ataupun Rp.50.000 rakyat indonesia akan tetap dapat hidup dengan behagia dan bertahan untuk hidup. Karena sejatinya rakyat negri ini memang garuda bukan emprit, jadi garuda akan lebih tinggi dan berani ketimbang emprit.
Si mus juga membaca koran kemaren, diungkapnya masalah pertama tentang ruwetnya sisitem E-KTP dalam hal ini pemerintah mengalami empat masalah yakni; Pertama, masalah perekaman data yang mana sejumlah kesalahan terhadap data penduduk, dikenakan biaya pada setiap warga yang input dua kali di kenakan biaya. Kedua, percetakan dan pendistribusian mengalami gangguan ksalahan teknis ada juga kesalahan cetak sehingga warga tidak dapat segera mendapatkanya. Ketiga, belum siapnya perangkat pembaca E-KTP di setia instansi pemerintah baik pusat maupun daerah, dan Keempat, permasalahan yang rumit ketika masa berlaku KTP lama sudah habis sedangkan E-KTP belum diterima ketik akan melakukan pembayaran pajak sulit dan tertunda dan pada akhirnya kena denda pajak.
Sebenarnya apakah semu rencana baik pemerintah sesuai dengan kebutuhan rakyat?. Pertanyaan yang selalu muncul, alih-alih membuat sistem baru tapi tak lain hanya sebagai proyek saja. Mereka membuat segala macam aturan untuk dapat membuat anggaran yang besar dan tega memakan keringan rakyatnya. Apakah itu sebenarnya wujud pemerintahan republik ini, berasaskan demokrasi pancasila tapi pemerintahnya seperti emprit. Sebenarnya sampai kapanpun rakyat negara initidak akan mati kelaparan jika pemerintahnya seperti saat ini. Dan bahkan rakya sudah terbiasa dengan semua jenis penindasan yang  tak sepeti penjajahan 45, toh secara logika bagaimana mungkin pmerintah bisa melemahkan kekebalan rakyatnya secara logika saja berapa to jumlah pemerintahnya wong separu saja tidak ada, jadi ya rakyat tetap menaglah.
La wong si mus yang KTPny udah mati setengah tahun aja masa bodoh dengan E-KTP, apa sih esensinya sebuah kartu kalo hanya sekedar identitas. Bukankah kita sudah benar-benar warga bangsa, lahir di sini gede di disini cari makan disini. Iyaa toooohhhhhhh??????. Di suruh mbayar pajak mau, disuruh perang juga mau. Emang kayak para pejabat korup, rakyatnya suruh mbayar pajak tapi dia sendiri gak mbayar malahan hasil pajak di leboke sak’e dewe alias rekeningnya. Pungutan liar yang liar dan sangat liar dan menjijikan.
Heeeemmmm negara-negara....

Si Mus & Kebenaran


Tergerak untuk menuangkan semua yang berkecamuk pemikiranya, si mus sembari mendengarkan lagu dan santai karena perutnya telah kenyang mulai memencet keypat notebook. Sekarang baginya dari pada memikirkan sesuatu yang tak karuan dan tak jelas mending dia belajar menyukai menulis dan menulis. Karena mungkin kegiatan ini lebih positif, dengan kata lain seorang penulis akan selalu membaca dan membaca untuk mendapatkan sebuah gagasan baru. Membaca dalam konteks ini bukan sekedar melihat buku-buku referensi, tapi membaca bagi para penulis adalah membaca setiap apa saja yang terjadi, apa saja yang ada dalam kehidupan sekitar. Semua perilaku manusia bisa menjadi referensi tampa harus dibatasi pada sebuah toko buku atau perpustakaan belaka.
            Si mus merasakan kekendoran aktifitasnya beberapa hari ini, hampir seminggu dia seperti orang yang stress. Tidurnya hampir selalu memasuki waktu subuh, dan selalu teledor dengan kewajibanya sebagai hamba menyembah kepada sang pencipta yang maha kuasa. Bukan selalu sebuah kebaikan yang ada pada diri si mus, karena sejatinya memang dia bukanlah orang selalu yang melakukan kebenaran. Dimata orang si mus sangat sempurna dengan kecerdasan otaknya dan sifat selalu beruntung yang menghampirinya. Tapi si mus merasakan itu semua tidak benar, mus sendiri mengakui bahwa orang tau dia baik dari luar, bukan hakikatnya.
“Mereka hanya tau dari tampak luar tidak tau tampak dalamnya seperti dan bagaimana yang sebenarnya, inilah mengapa banyak orang merasa kecewa dan kaget kepada orang lain. Disangkanya baik tapi buruk atau jahat. Dan yang disangkanya jahat malah mempunyai sifat yang mulia dan sangat baik”. Luapan ungkapan si mus.
Tapi setiap orang juga tak perlu tau kejelekan orang lain,sebab itu menjadi sebuah misteri yang hanya Tuhan yang tau. Dan realitas yang kita sering tau atau bahkan kita sering melakukanya adalah selalu mencari-cari kejelekan  dan kekurangan orang lain. Di ibaratkan dengan semut di seberang lautan tampak tapi gajah didepan pelupuk mata tak tampak. Sekecil apapun kealahan orang lain kita selalu tau dan mencari tau, tapi kesalahan sendiri yang besar dan bahkan banyak kita tak pernah menyadarinya.
Memang setiap orang itu penuh misteri, dengan demikian kita dituntut untuk pasrah dan meminta yang terbaik kedapa Tuhan. Siapa orang yang bisa menjamin bahwa anak yang dari kecil dibekali agama dan pendidikan karakter ketika tua akan menjadi seorang yang benar-benar memegang agamanya dan menjalankan pendidikan yang telah didapatkanya, kemungkin itu semua sedikit sekali. Dan sebaliknya pula siapa yang berani memastikan bahwa anak yang terlahir dari keluarga seorang pelacur dan pencuri ketika tua dia akan menjadi pencahat kelas kakap dan nomor wahid serta bisa dipastikan bahwa matinya akan masuk neraka, tidak ada yang bisa memastikan (sudah lah mengaku saja anda juga pasti mengangguk dan setuju dengan pendapat tersebut).
Boleh kita meminta petuah atau sekedar pelajaran hidup kepada orang lain, namun perkataan itu janganlah seolah menjadi sabda tuhan atas hambanya. Ambillah yang baik menurutmu dan buanglah jika itu memang tidak benar. Tulisan tadi mungkin sering kita baca di koran, tabloid bahkan selebaran majalah agama setiap minggunya, namun kita hanya sering membacanya dan hanya sebuah wacan tampa realisasi. Memang itu semua sulit, tapi dalam diri si mus sedang meminta agar dapat menjalankanya, dan semoga kehidupan ini akan berjalan sebagaimana mestinya dan selalu meminta yang terbaik atas apa yang telah digariskan padanya.
Si Mus akan berusaha menuliskan setiap apa yang dia baca dalam keseharianya walaupun mungkin tak seperti penulis profesioanal dangan sejuta teori dan penerapan penulisan yang sesuai dengan EDY, yang terpenting bagi si mus adalah nilai sebuah tulisan atau maksud baik dari sebuah tulisan itu. Bukan kaedah atau keindahan modelnya, toh banyak orang-orang yang luarnya baik, putih, rapi, memakai peci, berbau wangi tapi korupsi. Jadi penampilan pun tidak mencerminkan kejernihan dan kedalaman maksud seseorang, hanya kepada Tuhan kita bisa percaya dan yakin atas semua kebenaran karena hanya Dia-lah yang maha benar.

Jumat, 10 Mei 2013

Renungan Hari


Seonggok mahluk hidup berupa manusia bernama si mus, sudah terjun kedalam dunia akademik dengan segudang peraturan dan tuntutan prestasi. Setiap hari Si mus duduk di bangku ruangan untuk mendengarkan kata-kata mutiara dari mahluk lain mulai pagi-sore,satu-tiga jam, dari kondisi Kenyang-lapar.
Dia sendiri tak paham dengan apa arti dari semua yang dilakukan, semua kata-kata mutiara lewat bak angin berhembus istilah jawa mlebu kupeng tengen metu kupeng kiwo, masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Tak tahu apakah keseharian yang dilakukanya dapat bermanfaat baginya apa hanya akan membuat tua usianya, yang penting si mus hanya melakukan apa yang menjadi kewajibanya serta terpenting mematuhi perintah kedua orang tua namatke sekolah.
Si mus membayangkan bagaimana jadinya jika dirinya hilang kendali dan memberontak dengan segala kekuatanya, menuntuk untuk bebas, lepas dari segala tuntutan yang dilakukanya. Apakah dia akan mendapatkan jalan pada kebenaran  sirotol mustaqim, ataukah jalan yang salah sirotol ghofilin dia juga tidak tahu. Delima pemikiranya berkecamuk tak tentu arah.
Dengan nuansa pening bin pusing si mus menggumam “opo tho jane seng tak lakoni bendino iki??? Ngalor ngidul numpak motor, adus isuk, lungguh, mendengarkan guru ngomong, pulang, makan, tidur, sms’an. Ejeh enek manfaate opo ta ora….terlihat rasa putus asanya ketika itu dia sedang kehabisan uang makan. dan lengkaplah segala penderitaan (itu menurutnya).  Tapi dengan segala pengalamanya si mus menjawab pertanyaanya sendiri dengan tutur menggurui
“mus mus, awakmu ki manuso, bedo kambi khayawan. Khayawan iku ra duwe akal makakne wajar nek terbebas dari segala tuntutan hidup dan aturan, nah lek menuso mosok di wenehi akal ra di nggo mikir, ra nduwe tuntutan, trus kapan majune?opo bedane karo pitek?trus iku jenenge yo ra nyukuri nikmat akal to yo???????. Seharuse manuso iku akeh syukure di wenehi akal yo nggo mikir, mikir sing apik, mikir nggo keberlangsungan hidup bersama, nggo social, go agomo, go negoro, go keluarga, go pacar (calon bojo), ben kabeh ki akibat fikiran mu seng mlaku mau timbul tindakan yang dapat membuat bahagia orang-orang disekitarmu. Porak yooo gawe wong seneng iku pahala tooooo….
Yoooooooo ra popo ngeluh tapi ojok nemen-nemen, jare pak uztads kesulitan/masalah yang di berikan tuhan kepada hambanya adalah sesuai dengan kemampuan hambanya. Lha wong Allah gawe masalah kanggo nguji awakmu sak piro nek mu sabar trus iso syukur, derajatmu iku meh ditambahi. Dadi saiki lanjutkan semua kegiatan positifmu sambil yakin bahwa kelak semua yang kau lakukan akan bernilai lebih tentunya dengan niat beribadah kepada Alla SWT *kata-kata bijak si mus keluar untuk dirinya*
Setelah itu dia bangun alias ngelilir dari tidur….hoalah ternyata wong turu ta ngono ko yo dadi cerito,,jan-jan mus mus.

Kamis, 09 Mei 2013

Ngopo'o kok kudu sekolah


Si mus panggil saja dia, kolomnya sebuah ceceran catatan pribadi yang tak perduli dengan kaedah-kaedah penulisan seperti dalam dunia pendidikan, tak peduli dengan trik dan teori penulisan sang penulis terkenal. Si mus juga tak dapat menemukan siapa jati dirinya dan untuk apa semua gagasanya di tuangkan, yang terpenting hanya perwujudan kegelisahan dalam otak yang berkecamuk dan itupun tidak setiap hari si mus menulisnya hanya ketika tersadar dan berkeinginan yang kuat saja.
Si mus bukan anak yang terkenal dan anak seorang  pejabat besar, ia hanyalah salah satu dari jutaan manusia yang harus sekolah untuk memenuhi kebutuhan otaknya agar mempunyai beberapa pemikiran yang  benar. Harus dari mana dan sampai kapan catatan si mus ini terus di post juga tidak ada kejelasan, yang terbesit hanyalah doa semoga ceceran ini akan selalu ada seiring fikiran yang terus berjalan dalam kehidupan. Perlu di ingat si mus bukanlah orang baik dan pintar, dia adalah manusia hina dan mencoba memperbaiaki kehidupanya dan bodoh yang dengan kebodohanya mencoba mempelajari setiap sisi kehidupan yang terus berjalan.
Terbesit dalm fikiran si mus, mengapa kita harus sekolah??? Bukankah belajar itu bisa di mana saja dan kapan saja. Toh banyak tokoh-tokoh besar baik ilmuan, pengusaha, budayawan dan lainnya lahir di luar bangku sekolah. Berbanding terbalik dengan apa yang dihasilkan oleh bangku sekolah yakni orang-orang yang cerdas dengan kecerdasanya untuk mengakali dan  menindas kebodohan orang lain. Banyak kasus perbudakan, pekerja di bawah umur alias masih anak-anak, tingginya TKI dsb. Masih kah ada manusia yang mau dan rela memberikan sedikit tenaganya untuk menjadikan orang lain lebih mulia. Menularkan ilmunya untuk keberlangsungan orang lain tampa harus mengadakan seminar dengan biaya, jika semua pengusaha sukses mau menularkan ilmunya tampa harus dengan seminar yang membutuhkan uang maka dapat dipastikan rakyat seperti si mus ini dapat mengenyam pendidikan setidaknya hanya selama seminar itu berlangsung.
Adakah selama ini orang-orang berdasi memikirkan dan mengamati untuk kebaikan sekitar mereka? Keangkuhan yang muncul ketika mereka pintar adalah mengutamakan kepentingan pribadi mereka di atas kepentingan umum. Tak perduli dengan kehidupan orang lain yang terpenting adalah kehidupan mereka berjalan dengan baik, enak, bergelimpangan harta walau dengan cara yang rendah lebih rendah dari pada babi hutan yang mencuri singkong pak tani di kebun. Ujian menyontek, menjadi pejabat menyogog, membuat semua hubungan pertemanan sebagai bisnis.
Mungkin dengan segala celotehan si mus ini dia sendiri akan selalu mencoba berubah menjadi sedikit pendiam dan mengamati persoalan serta mencoba mempelajari segala aspek kehidupan disekitarnya hanya demi untuk memperoleh jawaban dan panutan atas kehidupanya , tidak lain untuk menuju hidup yang berkualitas dan lebih baik. Melihat tayangan sebagian anak menjadi pekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tidak lah begitu mengherankan di negri ini. Kemerdekaan yang di gadang-gadang sudah tak sesuai dengan apa yang diharapkan. Bukan penjajah asing yang bertindak merampas kebahagiaan rakyat, tapi penguasa negri ini yang menjadi perampas hak kehidupan rakyatnya sendiri.
Beribu acungan jempol bagi anak-anak yang bekerja keras untuk mendapatkan sesuap nasi atas kerja keras dan keringat mereka dari pada yang tak terhormat para pejabat tinggi, insinyur, doktor, profesor, dan sarjanawan yang menggunakan segala cara untuk mendapatkan kekayaan tuju turunan dengan segala cara baik dengan korupsi, kolusi, maupun nepotisme. Coba gunkan logika orang bodoh hanya berfikir bagai mana mendapatkan uang untuk hidup sehari, sedangkan orang pintar bahkan terlalu pintar selalu berfikir bagai mana mendapatkan uang untuk selama hidupnya bahkan bila perlu sampek tujuh turunannya. Hina manakah sekarang????????? Hina pemulung atau mereka yang berdasi dan seolah selalu bersih bersabda di setiap pembahasan UUD berproyek.
Heee ...heee...hee... rasa-rasanya si mus sudah kehilangan kontrol untuk menulis apa yang ada di otaknya. Tak apalah rakyat sejatinya lebih mulia dari pada para pejabat, karena rakyat adalah mereka yang mendapatkan pelayanan dan pejabat adalah yang melayani. Tidak beda lah dengan istilah majikan (rakyat) dan pembantu (pejabat). Jadi ketika pembantu bekerja lebih dari pada seharusnya maka mendapatkan bonus, jadi pejabat yang berfikir lebih dan membuat proyek lebih juga gak pa pa korupsi taaapi apakah pantas?????? 
Mungkin ini hanya sebagian sisi saja, bagi kalian yang sedang bersekolah upayakan anda juga peka terhadap kepentingan orang selain kepentingan pribadi dan ingatlah jangan terlalu egois dengan apa yang kita dapatkan selama ini. Bila para pelajar dapat menyalurkan pengetahuan dan ilmunya kepada orang lain selain pelajar sudah dapat di perkirakan bahwa keindahan hidup akan terjalin. Si mus hanya mempunyai prasangka yang baik atas itu semua toh ALLAH SWT juga suka terhapad hambanya yang berprasangka baik padaNya. 

SIFAT-SIFAT DA’i


A.   AMANAH

Amanah (terpercaya) adalah sifat utama yang harus dimiliki seorang da’i sebelum sifat-sifat yang lain. Jika kita renungkan bersama maka kita akan mendapatkan bahwa amanah merupakan sifat yang dimiliki oleh seluruh para nabi dan rasul. Karena amanah selalu bersamaan dengan ash-shidq (kejujuran), maka tidak ada manusia jujur yang tidak terpercaya,dan tidak ada manusia terpercaya yang tidak jujur.[1] Amanah juga merupakan bentuk tanggung jawab yang sangat sulit untuk dilaksanakan ataupun dicapai tampa adanya iman yang tebal dalam diri seseorang. Oleh karena itu di dalam Al Qur’an banyak dijelaskan bagaimana para nabipun berdo’a kepada Allah SWT agar diberikan sifat-sifat seperti amanah dan terpercaya.
Beberapa ayat Al Qur’an yang menjelaskan bahwa para nabi dan rosul mempunyai sifat amanah ditegaskan dalam :
-          Asy-Syuara : 83-84, 105-107, 141-143, 160-162, 176-178
-          An-Naml : 39
B.      SHIDQ
Sifat da’i yang berikutnya adalah shidq-yang berarti kejujuran dan kebenaran; lawan kata dari kedustaan-termasuk diantara sifat-sifat dasar yang menjelaskan potensi dasar seorang pelopor perjuangan.
Rasulullah SAW. Bersabda:
Yang artinya:
Sesungguhnya kejujuran itu mengantar kepada kebajikan dan kebajikan itu mengantarkan ke syurga. Seseorang bersikap jujur sehingga Allah menetapkanya sebagai orang yang jujur. Sesungguhnya dusta itu mengantarkan pada perbuatan dosa dan dosa itu mengantarkan ke neraka. Seseorang bersikap dusta sehingga Allah menetapkanya sebagai pendusta. (HR. Bukhari dan Muslim)
Shidq terdiri dari beberapa tingkatan :
Shidq dalam perkataan
                Merupakan kewajiban bagi setiap muslim untuk memelihara tutur katanya. Hendaknya ia tidak berbicara kecuali dengan jujur. Agar kejujuran itu menjadi pembimbing dalam segala sesuatu, maka seorang muslim harus merasa malu kepada Allah ketika lisanya mengucapkan,
Wajahtu wajhiya liladzi fatharas samawati wal ardha hanifan, yang artiinya, Aku hadapkan wajah (diri)-ku kepada Dzat (Allah) yang telah menciptakan langit dan bumi dengan penuh kerelaan. (Al-An’am: 79)
                Sementara fikiran dan hatinya jauh dari Allah SWT. Dan disibukkan dengan angan-angan dunia dan keindahanya, itu berarti pernyataanya bohong.
Dia berkata, Iyaka na’budu yang artinya Hanya keapda-Mu kami beribadah, tetapi ternyata ia diperbudak oleh dirham dan dinarnya. Dia juga mengatakan, Wa iyaka nasta’in yang artinya Hanya kepadamu kami memohon pertolongan, tetapi dia meminta pertolongan kepada selain Allah, yaitu kepada manusia.
Shidq dalam niat dan kehendak
                Shidq dalam niat dan kehendak dikembalikan pada keihlasan Artinya, tidak ada motivasi dalam gerak diamnya selain karena Allah. Jika niat seperti itu disertai dengan keinginan-keinginan nafsu, niscaya kejujuranya menjadi batal (hilang).
Shidqul ,azm (Tekad yang Benar)
Yaitu semangat yang kuat, tidak ada kecenderungan lain, tidak melemah dan tidak ragu-ragu, sebagaimana firman Allah SWT dalam Al Qur’an :
Ketaatan dan mengucapkan perkataan yang baik (adalah lebih baik bagi mereka). Apabila telah tetap perintah perang (mereka tidak menyukainya). Tetapi jikalau mereka benar (imanya) trhadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka (Muhammad: 21)
Shidq dalam menepati janji
                Sebagaimana firman Allah SWT, Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah...(Al Ahzab:23)
Shidq dalam Bekerja
                Dalam artian hendaklah bersungguh-sungguh dalam beramal sehingga apa yang tampak dalam perbuatannya adalah apa yang ada dalam hatinya. Barangsiapa memberi nasehat kepada orang lain dengan tutur kata yang baik, tetapi batinya menginginkan agar ia dikatakan sebagai orang yang alim, ia telah berbohong dengan perilakunya. Ia tidak jujur, karena kejujuran beramal adalah sikap yang sama dalam keadaan sendiri maupun dihadapan orang banyak. Artinya batinya seperti zhahirnya atau bahkan lebih baik dari zhahirnya.
                Derajat kejujuran itu tidak ada habisnya, karena seseorang itu kadang-kadang bisa jujur dalam satu hal, tetapi tidak bisa jujur dalam hal yang lainya, sehingga jika kejujuran itu secara menyelurh, itulah kejujuran yang sebenarnya. Oleh karena itu, sifat jujur dan amanah saling memperkuat, dan merupakan dua sifat yang tidak bisa dipisahkan; karena keduanya berkaitan erat dengan ihlas.
C.      Ikhlas
Seorang da’i harus mengikhlaskan amalnya karena Allah-juga diperintahkan untuk huznuzhan (berbaik sangka) kepada seluruh kaum muslimin dan menyerahkan amal mereka kepada Allah SWT. Oleh karena itu ulama salaf berkata “Sesungguhnya aku senang bila segala sesuatu (yang aku lakukan) itu disertai dengan niat, hingga di dalam masalah makanan, minum, dan masuk ke kamar kecil sekalipun”. Ulama salaf sering melakukan muhasabah terhadap dirinya, terhadap setiap gerak dan diamnya, hingga amal mereka menjadi ikhlas semata untuk mencari ridha Allah SWT.
        Oleh karena itu terapi keihlasan adalah dengan menghilangkan keinginan-keinginan nafsu dan memutus sifat tamak terhadap dunia, serta hanya menginginkan akhirat. Keinginan kepada akhirat itulah yang dominan dalam hati. Dengan demikian keihlasan itu akan mudah diperoleh, karena betapa banyak amalan yang diperbuat manusia dngan susah payah. Dia mengira bahwa amalan-amalan itu secara ihlas dilakukan karena Allah, akan tetapi ternyata ia tertipu, karena ia tidak melihat bahaya di dalamnya. Maka hendaklah seorang da’i sangat berhati-hati dan selalu melakukan instropeksi diri, sehingga dakwahnya benar-benar murni karena Allah SWT. Hendaknya ia berkata pada dirinya :
“Katakanlah saya tidak meminta imbalan (atas dakwahku), tidak ada yang memberikan imbalan kepadaku kecuali (ALLAH) Tuhan Semesta Alam”.
D.      Rahmah, Rifq, dan Hilm
Seorang da’i wajib mengetahui bahwa risalah yang diembanya untuk manusia seluruh manusia ini adalah risalah rahmah (kasih sayang), sebagaimana ditegaskan dalam Al Qur’an yang di tujukan kepada Rasululloh SAW :
Dan tidaklah kami utus engkau (Muhammad) kecuali sebagai rahmat untuk alam semesta (Al Anbiyak:107)
Rahmah (kasih sayang) itu meliputi kasih sayang dalam akidah, syari’at, dan ahlak. Kasih sayang islam itu ada dalam seluruh aspek kehidupan, sehingga kasih sayang itu telah menjadi ciri khas masyarakat islam, baik terhadap sesama manusia, hewan, tumbuhan, bahkan tehadap benda mati sekalipun.
Jika dibaca surat Al Fatihah, maka akan diperoleh beberapa manfa’at yang besar terkait dengan masalah kasih sayang, antara lain sebagai berikut:
1.       Sesungguhnya orang yang berada di jalan dakwah dan memulainya dengan asma Allah harus berakhlak dengan akhlak Ar-Rahman dan Ar-Rahim, karena risalah Islam itu merupakan rahmat bagi alam semesta. Rahmat dalam struktur dan nilainya yang dapat menghilangkan kesulitan dan beban, yaitu dengan akidahnya. Juga rahmad dalam menyebarkan keadilan dan kebajikan serta memenuhi hajat kerabat, yaitu dengan syariatnya. Juga menyempurnakan ahklak mulia dengan segala keutamaanya.
2.       Rahmah (kasih sayang) tidak akan terwujud kecuali dengan memperhatikan orang yang didakwahi. Oleh sebab itu kita tidak boleh membenci mereka, tetapi tanamkan sifat kasih terhadap mereka, sehingga kita bisa melihat apa yang mereka tidak bisa melihatnya, dan kita bisa membawa mereka ke jalan kebaikan.
3.       Hendaknya seorang da’i menjadikan usahanya untuk memberikan kasih sayang itu berdasrkan dua cara:
-          Beribadah dengan ihlas karena Allah.
-           Mohon pertolongan hanya kepada-Nya.
4.       Hendaknya seorang da’i mengetahui bahwa jika ia berbuat demikian, berarti ia telah mengikuti jejak orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi, shiddiqin, syuhada’, dan orang-orang saleh.
Seorang da’i ketika dihiasi oleh sifat kasih sayang dan berakhlak dengan ahklak itu, dia akan mempunyai kepekaan perasaan dalam menyikapi orang lain. Karena Allah sendiri tidak menginginkan mahluk-Nya kecuali kemudahan. Allah SWT berfirman:
Allah menginginkan kemudahan bagimu, dan tidak menginginkan kesulitan bagimu. (Al Baqarah: 185)
Dengan demikian maka kita senantiasa berada dalam suasana yang diliputi oleh kelemahlembutan, kasih sayang dan keramahan. Syi’ar Islam yang disampaikan oleh rasululloh adalah “Gembirakanlah dan jangan kau takut-takuti. Mudahkanlah dan jangan kau persulit”.
Bersikap lemah lembut
                Sesungguhnya termasuk keburukan seorang da’i tehadap dirinya sendiri adalah apabila ia memberatkan manusia, seakan ia melihat mereka dengan pengelihatan yang hina, atau dengan pandangan yang sombong dan merasa paling tinggi. Hendaklah dia teringat bagaimana keadaanya sebelum mendapat hidayah, sehingga tidak mudah melempar cercaan pada orang-orang yang berbuat maksiat.
                Jika seorang da’i berbuat demikian, berarti dia telahmemecah belah bukan mempersatukan, membuat orang lari, bukan memberi rangsangan, mempersulit tidak mempermudah, menanamkan kebencian bukan membuat orang suka, mengusir bukan memikat, bahkan ia telah membantu setan melawan objek dakwah. Padahal semstinya ia menolongnya untik melawan setan.
Sifat santunya mendahului ketiaktahuannya.
                Sifat hilm (penyantun) akan melindungi pemiliknya dari berbagai fitnah, dapat menjaga dari marah, dan mendatangkan kemenangan. Sifat ini juga merupakan salah satu bentuk kasih sayang terhadap manusia. Hal itu karena kejahatan tidak dapat disembuhkan dengan kejahatan. Seringkali dalam kehidupan ini kita berupaya mengobati keburukan dengan keburukan yang sepadan, sehingga yang kita dapatkan kemudian adalah orang yang marah semakin marah, dan orang yang membenci semakin membenci.
                Sesungguhnya sifat penyantun itu merupakan salah satu tanda dari tanda-tanda kenabian Rasululloh SAW, sebagaimana diceritakan oleh Abdullah bin Salam mengenai kisah Zaid bin Sa’nah. Abdulloh bin Salam berkata, ‘sesungguhnya Allah SWT ketika hendak memberi petunjuk pada Zaid bin Sa’nah, Zaid berkata, Tidak ada sedikitpun dari tanda-tanda kenabian kecuali aku telah melihatnya di wajah Muhammad Saw. Ada  dua hal yang akan aku beritahukan: Sifat Hilmnya mendahului ketidak tahuanya, dan ketidaktahuan yang sangat itu tidak mennambahinya kecuali semakin bersikap halim. Aku pernah pergi kepadanya untuk berkawan denganya, maka aku mengetahui sifat hilmnya dari ketidaktahuanya”.
Rasululloh SAW dalam Al Qur’an
                Allah menampilkan Rosululloh kepada manusia dengan sifat-sifat yang dicintai umatnya, yaitu simpatik, penuh perhatian, dan kasih sayang. Berikut adalah karakter yang memperkuat hubungan umat Muhammad SAW dengan orang yang mengurusi prkara mereka yaitu Rosululloh SAW :
        I.            Selamat dari kehancuran
      II.            Merasa aman dalam perlindungan mereka
    III.            Mencintai mereka disaat hadir maupun pergi
Di antara sifat Rasululloh adalah ketika berada dalam pertempuran, beliau adalah orang yang paling dahulu menemui musuhnya, bahkan para sahabat berlindung di belakang beliau ketika peperangan mulai berkecamuk. Selain itu beliau adalah orang yang paling pemaaf terhadap meereka.
Shabr
                Sabar merupakan akhlak qurani yang paling menonjol dan sangat diperhatiak oleh kitab Allah yang mulia. Ia merupakan ahklak yang banyak diiulang-ulang dalam Al Qur’an, karena tidak ada keimanan seseorang tanpa kesabaran padanya. Kalau masih ada dia adalah keimanan yang lemah. Sesungguhnya iman itu yang separuh adalah syukur, dan separuh lagi adalah sabar. Sabar juga merupakan salah satu inti kebahagiaan, sebagaimana dikatakan oleh Imam Ibnul Qayyim, “inti kebahagiaan itu ada tiga:
1)      Apabila mendapat nikmat ia bersyukur
2)      Apabila diuji ia sabar
3)      Dan apabila ia berbuat dosa maka beristgfar”.
Dan sabar tidak bisa dicapai kecuali dengan tiga hal :
a)      Menahan diri dari mengeluh
b)      Menahan lisan dari perkataan kotor dan mengadu domba
c)       Menahan anggota badan dari perbuatan zalim
Dengan itu, seorang muslim merasa mulia bersih hatinya, seakan ia terbang ke langit bersama malaikat Allah yang mulia. Sebagian manusia mengira bahwa sabar merupakan perilaku atau sikap negatif yang identik dengan menyerah, tidak berusaha dan menghinakn diri. Padahal tidak demikian, krena sabar merupakan inti dari akhlak yang terpuji.
Jika kesabaran merupakan kebutuhan bagi setiap orang, mak bagi seorang da’i kesabaran itu lebih dibutuhkan daripada yang lainya. Karena seorang dai bekerja dalam dua medan. Yang pertama ialah dia menghadapi dirinya sendiri yakni berjihad melawan nafsunya, mndorong untuk taat, danmencegahnya dari maksiat, kemudian ia juga harus menghadapi orang-orang di luar dirinya, yaitu di medan dakwah.
E.       Hirs
                Seorang dai juga harus mempunyai sifat hirs (perhatian yang besar) kepada obyek dakwahnya, sampai yang bersangkutan merasakan adanya perhatian yang besar tersebut. Perasaan yang sepeti ini akan mampu membuka hatinya dan mengubah perasaanya,sehingga objek dakwah siap mendengarkan apa yang disampaikannya.
Betapapun seorang dai menghdapi tantangan yang demikian berat, dia harus tetap memperhatikan terhadap orang yang ia dakwahi. AlQuranul karim telah menjelaskan kepada kita tentang perhatian itu, yang juga dimiliki oleh para nabi dan rosul. Mereka juga sedih dan sakit ketika menghadapi tantangan dari penentang dakwah.
Beberapa contoh sikap hirs yakni dari Nabi Muhammd hingga nabi dan rosul lainya dijelaskan dalam Al Qur’an, cob kita renungkan apa yang terjadi pda diri Rosululloh, ketika giginya tanggal dan kepalanya terluka dalam perang uhud. Darah mengalir dari wajah beliau, kemudia beliau mengusap darah tersebut dan berkata,”bagaimana kaum itu beruntung sedang mereka melukai wajah nabinya?” kemudian Allah menurunkan firmanya,
Tidak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu, apakah Allah menerima tobat mereka atau mnengazab mereka, karena sesungguhnya mreka itu orang-orang yang zalim (Ali Imron: 128).
F.       Tsiqah
                Keimanan seorang dai itu sangat dalam dan kepercayaanya sangat besar terhadap kemenangan agama. Iapercaya bahwa sesungguhnya Islam akan dimenangkan umatnya, merdeka daulahnya, dan berkibar tinggi panji-panjinya. Keyakinan yang mantap seperti ini bukanlah fatamorgana yang ada di tanah lapang ketika orang-orang kehausan dan mengira itu air. Tatkala mereka mendatanginya, mereka tidak mendapatkan apa-apa. Tidak pula keyakinan itu harapan palsu akan tetapi ia tegak di atas argumentasi yang mantab yang kita peroleh dari Rasululloh SAW.
                Kemenagan atau pertolongan, sebagaimana bisa diperoleh di dunia, ia juga bisa diraih di akhirat, sehingga nikmat dan kegembiraan itu dapat diperoleh secara sempurna. Allah SWT berfirman:
                Sesungguhnya kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang berikman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (di hari kiamat). (Al Mukmin:51).
                Berdasarkan ayat tersebut maka pertolongna Allah di dunia maupun di akhirat adalah sama (tetap akan diberikan) sebagaimana ada yang setelah membunuh nabi maka Allah memberi kekuasaan kepada orang yang akan mendukung para nabi itu atas mereka.
                Sesungguhnya di antara makna kemenangan adalah Al-Intiqam yang artinya siksaan. Allah SWT telah menyiksa orang-orang yang zalim ketika mereka hidup atau sudah mati. Oleh karena itu, kita ingatkan orang-orang yang memusuhi Allah dan RasuNya yang selalu mengancam para pendukungnya serta memerangi hamba-hambanya dan para mujahidin di jalan Allah. Kita ingatkan mereka dengan sunnatullah yang berlaku. Kita perlihatkan kepada mereka apa yang pernah menimpa umat-umat terdahulu.
                Sesungguhnya komitmen iman kita bahwa masa depan untuk agama ini, akan memberikan harapan yang dapat mendorong kita untuk bekerja secara serius agar dapat sampai pada kemenangan yang meyakinkan. Itu tidak akan terwujud kecuali apabila kita mau meningkatkan derajat kita sesuai dengan agama ini, baik dibidang aqidah, ibadah, akhlak, dan pemahaman terhadap apa yang ada di sekeliling kita sertamakrifat terhadap berbagai modernitas. Ulama berkata “Allah memberi rahmat seseorang yang paham terhadap zamanya dan istiqomah terhadap manhajnya”.
                Oleh karena itu, para da’i dewasa ini merupakan pembawa cahaya di tengah-tengah umat yang tengah dalam kegelapan. Mereka adalah benih-benih kesadaran yang tertanam di tengah umat yang sedang tertidur. Mereka adalah tumpuan harapan dunia pada saatdunia sedang dilanda krisis petunjuk, dan pada saat yang sama mereka mementingkan diri dan kekufuran. Maka marilah kita beramal, karena harapan itu tetap mendorong kita. Demikian pula keyakinan untuk merealisasikan kemenangan itu menjadi pembimbing kita, dan Rasululloh SAW adalah pembimbing kita agar terwujud firman Allah SWT,
                “Maka kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang”(Ash-Shaf:14).



[1] Aziz, Jum’ah Amin Abdul, FIQIH DAKWAH: Prinsip dan Kaidah Asasi Dakwah Islam(Solo, 2011: PT ERA ADICITRA INTERMEDIA),h.74

Isi Perut dan Kata bijak


Selesai melakukan rutinan malam jum’at temen si mus datang melihat tv di kamar..
Kata temen si mus “pusing mikirin besok mau makan apa, nasib orang kecil” dengan muka lusuh kumel.
Si mus dengan santai menyahut “lah ngopo mikir, panggah mangan-mangan nyantai wae, ngutang kan seh iso to?”.
Ngutang iso, tapi sopo meneh seng ape di utangi lha wong setiap orang yang kenal pada takut semua karena mau tak utangi kok, emange aku mau pinjem uang awakmu ??podo-podo senasib seperjuangan wae nggaya aweh solusi sahut dengan cepat temen si mus.
Dengan sosok yang mbeling si mus mencoba mengajak temenya yang gelisah akibat mikirin gak punya uang berdiskusi masalah par pol, mengingat beberapa bulan terakhir pendaftaran caleg sudah di mulai untuk pemilu tahun depan. “ Iya..ya la wong kita ini hanya rakyat kecil yang untuk nyari makan sehari saja harus lari kesana-kesini bekerja, kalau tidak dapat hasil ya akhirnya ngutang. Egk seperti para orang pintar di senayan sana, di gedung yang merah dengan pendapat dan usulan mereka dapat mengamankan berbagai jenis proyek yang berdalih untuk kesejahteraan rakyat eh tapi malah masuk kantong pribadinya”.
Tanggap teman si mus “lha iyooo to mus, mosok tadi Q liat berita untuk menjadi anggota legislatif wae kudu punya uang banyak sampek miliaran, inilah sebenere awal dari kegiatan korup sebagian pejabat negri ini. Padahal mereka itu orang-orang yang maen otaknya tapi kok ya mau menggelontorkan uang sbanyak itu untuk mendapatkan sebuah kursi/jabatan arti sebenere ora pinter tapi guoblok tur buento,heemmm nek aku yo gowo duwet 50 ewu lungo nek pasar kursi wae, ngko tuku kursi sing podo hahahahahaha”.
Setiap orang yang akan maju baik sebagai legislatif maupun untuk kursi DPR dan jabatan negri ini kudu dan wajib memiliki uang buanyak. Berbekal otak encer dengan pengetahuan berbagai teori dan kejujuran tidak laku. Sebenarnya tidak sedikit orang yang benar-benar berkompeten dalam hal ini memilih menjauh dan menjadi rakyat jelata karena kekecewaan mereka atas bobroknya demokrasi selama ini.
Terlihat temen si mus sudah serius memikirkan hal ini, dan seolah-olah dialah orang yang paling mengerti atas segala permasalahan negara ini serta segala solosinya. Dalam hati si mus berkata “welaah pemikir negara sudah mulai menunjukkan eksistentsinya, padahal untuk isi perut besok pagi aja ra enek hemmmm sok-sok’an we le”.
Secara sepontan si mus mengembalikan permasalan ngobrolnya pada isi perut dengan usaha menyadarkan temenya agar tidak bingung atau gundah untuk makan esok hari. Keluarlah kata-kata bijak si mus “he kang wong sing ra kerjo, ra utang, ra ngopo-ngopo mek gari ambekan thok wae ijeh biso mangan, mosok awakmu sing sehat ko bingung”
Enek po, sopo????? Temen si mus dengan muka penasaran dan nada tinggi bertanya.
Eneek lahhhh,,akeh. Sahut si mus.
Iyooo sopoooo kang???
Kae lho wong loro/ sakit nek rumah saki, ra nyabut gawe ra ngopo-ngopo iseh mangan, pinggire enek jajan tur buah-buahan.hahahahahaha jawab si mus dengan perasaan lega dan muka yang ngecee..sebelum temenya menyahut si mus menyambung omonganya “orang bekerja kalo hanya untuk memikirkan untuk isi perutnya, tak jauh berbeda dngan ayam yang lari kesana kemari untuk mencari beras untuk perutnya. Bukankah manusia lebih mempunyai akal , yang ketika bekerja mereka juga dapat memikirkan bagaimana keberlangsungan hidup selanjutnya, tampa harus mengeluh dan hanya mengeluh. Bila tidak sambil bekerja di iringi dengan ibadah dzikir karena itu akan lebih bermanfaat dan secara otomatis akan menambah rejekinya.
“Heeeeheeee.....emmmm mus mus ra ngiro aku awakmu iso ngomong koyok ngunu”  temen si mus nyahut.
Si mus menjawab “Ikuuu udu kata-kataku, tapi aku mau sore tas moco buku kebetulan isine ngono kui, tapi yoo emang itu yang harus menjadi renungan kita kang”.

Senin, 18 Maret 2013

Antara Teori dan Praktek


            Sabtu, kebanyakan dari kalangan akademisi termasuk kedalam hari libur. Ya tidak hanya akademisi pegawai negripun libur, tapi apa yang sebagian mahasiswa dan dosen di UIN Sunan Kalijaga mereka masih berjibaku dengan rutinitas belajar di kampus. Tepat jam 07.35 (16/03/2013) seperti biasa kelas teknik reportase TV dimulai, dosenya adalah Bapak Sudartono, S.Ag. Salah satu tenaga pengajar dan merupakan praktisi media, sekarang bekerja sebagai kontributor brita stasiun televisi swasta Indosiar biro jogja. Bukan hanya smengapu satu matakuliah namun beliau juga mengapu matakuliah kewirausahaan (kebetulan saya Cuma masuk kelas Teknik reportasenya), lama malang melintang sebagai reporter membuat beliau mengajarkan berbagai pengalamanya di kelas. Cerita-cerita yang menginspirasi sebagian mahasiswa untuk bisa mencapai kebahagiaan dengan ilmu, dan mungkin suatu saat beliau juga akan membaca tulisan saya di blog ini serta akan menyaksikan kesuksesan saya selanjutnya.
            Apresiasi diberikan beliau ketika hasil reportase saya selesai diputarkan dan dikoreksi beberapa kekuranganya. Yahh nilai 7 diberikan pada saya, standart minimal sebuah nilai bagi saya. Namun sejatinya pengetahuan dan pengalaman lebih berarti dari pada sekedar nilai dan bentuk apresiasi lainya, karena dari pengalaman dilapangan dan dengan segala koreksi maka kita akan lebih dapat memprediksikan keadaan ketika kita akan melaksanakan hal yang sama. Dan inilah salah satu kegunaan sebuah teori, menurut saya teori adalah cara yang digunakan seseorang dalam menghadapi suatu keadaan dan disinyalir dapat menyelesaikanya dan dapat diuji ulang kemanjuranya. Perlu diingat tidak semua orang menyukai teori, tapi tidak semua orang juga paham tentang praktik langsung.
            Mengapa saya katakan demikian, karena orang yang paham teori yang dikaji adalah teks maka ketika terjun langsung melihat keadaan sesungguhnya (realita) mereka malah bingung terjebak dengan situasi keadaan yang tidak sesuai dengan apa yang dicontohkan dalam teori. Orang lapanganpun juga demikian mereka lebih suka langsung terjun ke lapangan tampa mempelajari teori yang sesuai dengan masalah apa yang dihadapi, akibatnya karena tidak memiliki prediksi dalam penyelesaian masalah terpontang panting kesana-kemari alias bekerja dobel super keras. Dan dari itu semua pasti jenis pekerjaan ataupun masalah tidak terselesaikan dengan baik.
            Bagaimanakah, yang seharusnya??, apakah kita tetap menggunakan 2 prinsip di atas dengan terpisah atau menggabungkanya?. Benar fikiran anda pasti berpendapat menggabungkan keduanya. Dalam porsi seberapa kita membagi keduanya? Pertanyaan itu tidak dapat saya pestikan karena hal tersebut tergantung pada pribadi masing-masing orang. Tapi setidaknya kita dapat mengerti teori walaupun sedikit paham karena itu akan membantu mempermudah kita dalam actionnya. Hasilnyapun akan beda pasti lebih dapat memuaskan ketimbang kita terjun kelapangan dengan buta alias tidak mengerti apa yang akan kita lakukan dan tidak memiliki prediksi sebelumnya.
Oleh sebab itu sebenarnya perbedaan orang yang memunyai ilmu (teori dan pengalaman) dengan yang tidak nampak dan dapat dilihat dikehidupan sekeliling kita. Belajar bisa di mana saja, kapan saja, dan membaca juga dapat dilakukan dengan media apapun baik teks maupun konteks (realita). Dan jangan sampai kita terjebak dengan fanatisme yang dapat membutakan kita sendiri, anggap saja semua penting baik teori maupun praktik. Yakinlah kedua akan memberikan kemudahan bagi kita, saat kita dihadapkan pada masalah keseharian. Dan inilah sekilas pengetahuan yang saya dapatkan pada hari sabtu ini. Trimakasih..
*Thanks for Bapak Sudaryono, S.Ag*

Jumat, 15 Maret 2013

Segala cara yang penting lancar




Berusaha apanun yang saya posting di blog ini adalah apa yang keluar dari kemampuan diri sendiri atau bersifat orisinil adapun data-data yang saya ambil sebisa mungkin saya cantumkan sebagai penjelasan lebih lanjut ketika pembanca kurang mengerti dengan maksud tulisan saya.
Apapun keinginan seseorang atau cita-cita akan ditempuh dan dikejar walaupun dengan berbagai cara wajar maupun tidak. Karena logikanya ketika seorang ingin mendapatkan pemuas kebutuhan pribadinya maka dia harus mengorbankan suatu yang berharga yang lain, seperti ingin memiliki baju maka dia harus membeli dengan uang maka uang yang termasuk barang berharga harus ditukar untuk mendapatkan baju baru. Istilah inilah yang mungkin menjadi motto dari sebagian besar warga negara Indonesia yang ingin menjadi pegawai negri (PNS), jabatan pegawai negri sangat diidamkan karena dianggap memiliki jaminan pasti dengan gaji yang besar dan dana pensiun yang dapat menjadikan sejahtera kehidupan dimasa tuanya
Sekarang ini banyak praktek dengan istilah ada uang pelicin untuk memperlancarkan segala urusan, salah satunya menjadi pegwai negri. Dimaksudkan ketika calon pegawai mau membayar sejumlah uang tertentu yang ditawarkan oknum pegawai negri tertentu, maka si calon pegawai negri tersebut mendapatkan jaminan menjadi pegawai negri dengan mudah tanpa melalui prosedur semestinya. Bayangkan saja jika awal menjadi calon pegawai negri saja dia sudah membayar uang yang tentunya tidak sedikit jumlahnya, dan ketika dia menjadi pegawai negri maka dia juga akan memasang tarif sama bahkan lebih tinggi untuk meloloskan calon pegawai negri lainya.GAK APA LAH YANG PENTING AMAN!!!
Negri ini mungkin sudah penuh dengan kebohongan belaka, kesuksesan diinginkan melalui cara-cara instan. Segala dianggap bahwa yang cepat maka lebih baik, padahal proseslah sebenarnya yang menjadikan bukti kesuksesan seseorang. Selain itu dalam kalangan pendidikan juga ada istilah Tuku Bangku ( dalam bahasa jawa), maksudnya adalah tersedianya sistem penerimaan siswa-siswi tanpa adanya uji seleksi yakni dengan membeli satu kursi untuk dapat digunakan sebagai jaminan diterimanya calon siswa-siswi (Biasanya sich sistem ini ada di beberapa sekolah Negri). Sistem tersebut juga banyak dipakai oleh sebagian Perguruan Tinggi baik negri maupun swasta, dengan berbagai macam dalih mulai dari sumbangan gedung dan lain sebagainya.Bukankah tingkat subsidi pendidikan terus dinaikkan jumlahnya dari tahun ke tahun dalam Anggaran negara, kemanakah semua aliran dana tersebut???? Akankah lenyap ditelan bumi.
 Mungkin kebanyakan memang praktek ini dilakukan oleh mereka kalangan orang yang berduit, yang ingin menempuh pendidikan instan, menginginkan gelar instan, dan akhirnya ketika menjadi pemimpin inginya juga kerja yang instan dengan pundi-pundi bayaran bergelimpang. Sungguh miris bila menyaksikan hal seperti ini, akankah sejarah perjuangan kemerdekaan selama ini serasa tiada berguna. Para pejuang negri merelakan nyawanya sebagai taruhan untuk mendapat kemerdekaan agar para penerus bangsa dapat hidup lebih baik dari mereka. Perjuangan tersebut sebenarnya memberikan gambaran bagaimana proses untuk memperoleh kemerdekaan yang sangat berharga, hingga para pejuang yang gugur dikenang namanya sampai sekarang. Tolak ukur seperti inilah yang seharusnya dimiliki setiap jiwa masyarakat Indonesia, menjadikan proses kedewasaan sebagai pembelajaran agar segala macam praktek KKN dinegri ini dapat dihilangkan dan tumbuhlah budaya kejujuran diberbagai kalangan mulai dari tingkat ekonomi bawah hingga para Pegawai negri.
Semakin hari banyak pelajar melupakan kewajibanya, pejabat lupa akan janji dan tanggung jawabnya, serta dekadensi moral yang terus menggerus pribadi bangsa. Jika tidak di mulai perbaikan sekarang, akan sampai kapankah ini berlangsung, pemerintah yang menjadi acuan rakyat sudah kehilangan mata batin dengan memebrikan contoh korupsi yang besar-besaran dan hukuman yang seringan-ringanya. Bukti nyata rakyat mengikuti jejak para pejabat yakni dengan istilah yang penting aman, asalkan ada uang hukum dapat dimanipulasi, jabatan bisa dibeli, dan rakyat paling mudah dikibuli. Lucunya lagi mereka (para pejabat negara) adalah orang-orang yang berpendidikan tinggi tapi mengapa dengan kepandaian mereka malah banyak rakyat yang sengsara. Apaka ini maksud dari diwajibbkanya mencari ilmu?, agar nantinya setelah mengerti dapat membodohi orang lain bukanya memberi pengerrtian kepada yang lain.
Jikalau kita sudah tidak punya kepercayaan kepada para penguasa negara ini, mari kita memulai dari diri sendiri, lingkungan, serta saling mengingatkan kepada teman, kerabat, dan saudara. Ingat bahwa Tuhanpun tidak mewajibkan patuh kepada pemerintah yang dzolim dan rrakus akan kekuasaan. Negara yang punya bukan pejabat, tapi negara adalah milik rakyat dan kebehagiaan serta ketentraman dapat terwujud apabila rakyat sendiri yang menciptakanya.