Senin, 13 Mei 2013

BOS-Siswa


Terletak dimanakah tangan negara yang sesungguhnnya. Malayani kebutuhan rakyat yang tak banyak tuntutanpun keteteran. Dimanakah letak ketentraman negara yang didalamnya berjalan kehidupan yang gemah ripah loh jinawi. Bukaknakah seharusnya kebijakan harus sesuai dengan kebutuhan rakyat. Tak akan mungkin ada di dunia ini negara yang sangat sempurna dan begitu ideal sehingga tidak ada konflik di dalamnya dan kehidupanya selalu bahagia hingga kiamat tiba.
Tidak dapat menyalahkan keadaan tidak pula dapat menyalahkan kehidupan, memang segala sesuatu harus tetap dikembalikan kepada sang maha solusi, sang maha kuasa, dan sang maha bijaksana. Tuhan semata.
Setelah melihat layar datar bergambar dengan perangkat audionya alias TV, si mus mendapatkan pengetahuan baru tentang adanya sebuah desa kecil di pinggiran kota metropolitan dengan sejuta kesibukan dan kebisinganya. Desa dimana yang warganya bekerja disebagian sektor yang mereka kuasai, ada nelayan, ada pedagang, ada petani, dan masih banyak lagi. Bisa dibilang ini salah satu desa majemuk karena selain warganya bekerja di berbagai sektor juga berbagai pemeluk agama terdapat di dalamnya. Gambaran desa yang demokratis yang sangat dalam, saling menghormati atas hak dan kewajiban menjadi hal yang wajib dijalankan bagi setiap penghuninya.
Desa tersebut memiliki seorang warga yang sadar akan masalah sosial terutama pendidikan. Dia tergerak melihat anak-anak kecil di desa tersebut yang  tidak mendapatkan haknya untuk mengenyam pendidikan karena mahalnya biaya untuk sebuah kursi pendidikan. Dengan mengumpulkan tenaga dan keyakinan yang kuat, dia bersama dengan beberapa warga yang memiliki ilmu atau hanya sekedar pernah bersekolah mendirikan sebuah sekolah yang ditujukan untuk anak-anak tersebut. Dari peikiranya timbul sebuah gagasan yang menjadikan tulisan ini ada yakni soal BOS.
Mungkin orang seperti si mus BOS disini adalah program pemerintah tentang pendidikan yakni program bantuan sekolah/Biaya Oprasional Sekolah. Tetapi si mus tercengan ketika mendengar penjelasan sosok yang dilihatnya di TV ketika itu. Dengan jelas BOS di sini adalah bos yang tidak terjangkau oleh pemerintah, alias lebih baik dari apa yang sekedar proyek bajingan para koruptor berdasi(kalimat tadi murni gumamaman si mus). BOS di yang dimaksud adalah Bantuan Oprasional Siswa, berbeda dengan pemerintah yang arti dari S-nya adalah Sekolah. Kenapa karena esensinya bahwa bukan sekolah yang harus di bantu tapi siswanya yang perlu di bantu, dan oleh karena itulah dapat disimpulkan bahwa apa yang dilakukan orang ini benar-benar melihat realita dan sesuai engan apa yang dibutuhkan sesungguhnya.
Lanjutkan si mus mulai membenarkanya, “memang sebenarnya apakah selama ini orang-orang sarjana, doktor, profesor dsb membodohi rakyatnya yang memang bodoh. Dari singkatanya saja sekarang sudah dapat diketahui bahwa BOS bukan untuk bantuan siswa tapi untuk bantuan sekolah, jadi sebenarnya sudah kurang pas program ini disetujui dan disepakati apalagi dijalankan sampai sekarang. Pembodohan masal dari sebuah singkatn”..astagaa..BOS hanya dapat diperoleh di lembaga sekolah yang berlebel negri sehingga swasta tidak tersentuh sama sekali. Lha wong yang negri aja udah dapat BOS masih mahal, apalagi yang swasta ya secara tidak langsung lebih mahal, dan inilah lingkaran sistem yang telah lama berjalan.
Dari inilah kita harus benar-benar mulai membuka fikiran kita, tak akan salah bila rakyat memperjuangkan haknya atas suatu perkara yang jelas kebenaranya. Negara setiap tahun menganggarkan bertriliun-triliun untuk pendidikan, namun miris jika sekarang kita masih melihat bila ada masalah-masalah yang terus bermunculan seputar dunia pendidikan mulai dari masalah mahalnya biaya pendidikan, bangunan sekolah yang mau roboh, tidak tepatnya bantuan pemerintah hingga sampai pembenaran contekan dalam ujian, apalagi tahun ini terjadi masalah besar yakni kegagalan melaksanakan ujian serentak tingkat SMA dengan berbagai alasan dan opininya.<.>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar