Terletak
dimanakah tangan negara yang sesungguhnnya. Malayani kebutuhan rakyat yang tak
banyak tuntutanpun keteteran. Dimanakah letak ketentraman negara yang
didalamnya berjalan kehidupan yang gemah ripah loh jinawi. Bukaknakah
seharusnya kebijakan harus sesuai dengan kebutuhan rakyat. Tak akan mungkin ada
di dunia ini negara yang sangat sempurna dan begitu ideal sehingga tidak ada
konflik di dalamnya dan kehidupanya selalu bahagia hingga kiamat tiba.
Tidak
dapat menyalahkan keadaan tidak pula dapat menyalahkan kehidupan, memang segala
sesuatu harus tetap dikembalikan kepada sang maha solusi, sang maha kuasa, dan
sang maha bijaksana. Tuhan semata.
Setelah
melihat layar datar bergambar dengan perangkat audionya alias TV, si mus
mendapatkan pengetahuan baru tentang adanya sebuah desa kecil di pinggiran kota
metropolitan dengan sejuta kesibukan dan kebisinganya. Desa dimana yang
warganya bekerja disebagian sektor yang mereka kuasai, ada nelayan, ada
pedagang, ada petani, dan masih banyak lagi. Bisa dibilang ini salah satu desa
majemuk karena selain warganya bekerja di berbagai sektor juga berbagai pemeluk
agama terdapat di dalamnya. Gambaran desa yang demokratis yang sangat dalam,
saling menghormati atas hak dan kewajiban menjadi hal yang wajib dijalankan bagi
setiap penghuninya.
Desa
tersebut memiliki seorang warga yang sadar akan masalah sosial terutama
pendidikan. Dia tergerak melihat anak-anak kecil di desa tersebut yang tidak mendapatkan haknya untuk mengenyam
pendidikan karena mahalnya biaya untuk sebuah kursi pendidikan. Dengan
mengumpulkan tenaga dan keyakinan yang kuat, dia bersama dengan beberapa warga
yang memiliki ilmu atau hanya sekedar pernah bersekolah mendirikan sebuah
sekolah yang ditujukan untuk anak-anak tersebut. Dari peikiranya timbul sebuah
gagasan yang menjadikan tulisan ini ada yakni soal BOS.
Mungkin
orang seperti si mus BOS disini adalah program pemerintah tentang pendidikan
yakni program bantuan sekolah/Biaya Oprasional Sekolah. Tetapi si mus tercengan
ketika mendengar penjelasan sosok yang dilihatnya di TV ketika itu. Dengan
jelas BOS di sini adalah bos yang tidak terjangkau oleh pemerintah, alias lebih
baik dari apa yang sekedar proyek bajingan para koruptor berdasi(kalimat tadi
murni gumamaman si mus). BOS di yang dimaksud adalah Bantuan Oprasional Siswa,
berbeda dengan pemerintah yang arti dari S-nya adalah Sekolah. Kenapa karena
esensinya bahwa bukan sekolah yang harus di bantu tapi siswanya yang perlu di
bantu, dan oleh karena itulah dapat disimpulkan bahwa apa yang dilakukan orang ini
benar-benar melihat realita dan sesuai engan apa yang dibutuhkan sesungguhnya.
Lanjutkan
si mus mulai membenarkanya, “memang sebenarnya apakah selama ini orang-orang
sarjana, doktor, profesor dsb membodohi rakyatnya yang memang bodoh. Dari
singkatanya saja sekarang sudah dapat diketahui bahwa BOS bukan untuk bantuan
siswa tapi untuk bantuan sekolah, jadi sebenarnya sudah kurang pas program ini
disetujui dan disepakati apalagi dijalankan sampai sekarang. Pembodohan masal
dari sebuah singkatn”..astagaa..BOS hanya dapat diperoleh di lembaga sekolah
yang berlebel negri sehingga swasta tidak tersentuh sama sekali. Lha wong yang
negri aja udah dapat BOS masih mahal, apalagi yang swasta ya secara tidak
langsung lebih mahal, dan inilah lingkaran sistem yang telah lama berjalan.
Dari
inilah kita harus benar-benar mulai membuka fikiran kita, tak akan salah bila
rakyat memperjuangkan haknya atas suatu perkara yang jelas kebenaranya. Negara
setiap tahun menganggarkan bertriliun-triliun untuk pendidikan, namun miris jika
sekarang kita masih melihat bila ada masalah-masalah yang terus bermunculan
seputar dunia pendidikan mulai dari masalah mahalnya biaya pendidikan, bangunan
sekolah yang mau roboh, tidak tepatnya bantuan pemerintah hingga sampai
pembenaran contekan dalam ujian, apalagi tahun ini terjadi masalah besar yakni
kegagalan melaksanakan ujian serentak tingkat SMA dengan berbagai alasan dan
opininya.<.>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar