Kamis, 09 Mei 2013

Isi Perut dan Kata bijak


Selesai melakukan rutinan malam jum’at temen si mus datang melihat tv di kamar..
Kata temen si mus “pusing mikirin besok mau makan apa, nasib orang kecil” dengan muka lusuh kumel.
Si mus dengan santai menyahut “lah ngopo mikir, panggah mangan-mangan nyantai wae, ngutang kan seh iso to?”.
Ngutang iso, tapi sopo meneh seng ape di utangi lha wong setiap orang yang kenal pada takut semua karena mau tak utangi kok, emange aku mau pinjem uang awakmu ??podo-podo senasib seperjuangan wae nggaya aweh solusi sahut dengan cepat temen si mus.
Dengan sosok yang mbeling si mus mencoba mengajak temenya yang gelisah akibat mikirin gak punya uang berdiskusi masalah par pol, mengingat beberapa bulan terakhir pendaftaran caleg sudah di mulai untuk pemilu tahun depan. “ Iya..ya la wong kita ini hanya rakyat kecil yang untuk nyari makan sehari saja harus lari kesana-kesini bekerja, kalau tidak dapat hasil ya akhirnya ngutang. Egk seperti para orang pintar di senayan sana, di gedung yang merah dengan pendapat dan usulan mereka dapat mengamankan berbagai jenis proyek yang berdalih untuk kesejahteraan rakyat eh tapi malah masuk kantong pribadinya”.
Tanggap teman si mus “lha iyooo to mus, mosok tadi Q liat berita untuk menjadi anggota legislatif wae kudu punya uang banyak sampek miliaran, inilah sebenere awal dari kegiatan korup sebagian pejabat negri ini. Padahal mereka itu orang-orang yang maen otaknya tapi kok ya mau menggelontorkan uang sbanyak itu untuk mendapatkan sebuah kursi/jabatan arti sebenere ora pinter tapi guoblok tur buento,heemmm nek aku yo gowo duwet 50 ewu lungo nek pasar kursi wae, ngko tuku kursi sing podo hahahahahaha”.
Setiap orang yang akan maju baik sebagai legislatif maupun untuk kursi DPR dan jabatan negri ini kudu dan wajib memiliki uang buanyak. Berbekal otak encer dengan pengetahuan berbagai teori dan kejujuran tidak laku. Sebenarnya tidak sedikit orang yang benar-benar berkompeten dalam hal ini memilih menjauh dan menjadi rakyat jelata karena kekecewaan mereka atas bobroknya demokrasi selama ini.
Terlihat temen si mus sudah serius memikirkan hal ini, dan seolah-olah dialah orang yang paling mengerti atas segala permasalahan negara ini serta segala solosinya. Dalam hati si mus berkata “welaah pemikir negara sudah mulai menunjukkan eksistentsinya, padahal untuk isi perut besok pagi aja ra enek hemmmm sok-sok’an we le”.
Secara sepontan si mus mengembalikan permasalan ngobrolnya pada isi perut dengan usaha menyadarkan temenya agar tidak bingung atau gundah untuk makan esok hari. Keluarlah kata-kata bijak si mus “he kang wong sing ra kerjo, ra utang, ra ngopo-ngopo mek gari ambekan thok wae ijeh biso mangan, mosok awakmu sing sehat ko bingung”
Enek po, sopo????? Temen si mus dengan muka penasaran dan nada tinggi bertanya.
Eneek lahhhh,,akeh. Sahut si mus.
Iyooo sopoooo kang???
Kae lho wong loro/ sakit nek rumah saki, ra nyabut gawe ra ngopo-ngopo iseh mangan, pinggire enek jajan tur buah-buahan.hahahahahaha jawab si mus dengan perasaan lega dan muka yang ngecee..sebelum temenya menyahut si mus menyambung omonganya “orang bekerja kalo hanya untuk memikirkan untuk isi perutnya, tak jauh berbeda dngan ayam yang lari kesana kemari untuk mencari beras untuk perutnya. Bukankah manusia lebih mempunyai akal , yang ketika bekerja mereka juga dapat memikirkan bagaimana keberlangsungan hidup selanjutnya, tampa harus mengeluh dan hanya mengeluh. Bila tidak sambil bekerja di iringi dengan ibadah dzikir karena itu akan lebih bermanfaat dan secara otomatis akan menambah rejekinya.
“Heeeeheeee.....emmmm mus mus ra ngiro aku awakmu iso ngomong koyok ngunu”  temen si mus nyahut.
Si mus menjawab “Ikuuu udu kata-kataku, tapi aku mau sore tas moco buku kebetulan isine ngono kui, tapi yoo emang itu yang harus menjadi renungan kita kang”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar