Selesai melakukan rutinan malam jum’at temen si mus datang
melihat tv di kamar..
Kata temen si mus “pusing mikirin besok mau makan apa, nasib
orang kecil” dengan muka lusuh kumel.
Si mus dengan santai menyahut “lah ngopo mikir, panggah
mangan-mangan nyantai wae, ngutang kan seh iso to?”.
Ngutang iso, tapi sopo meneh seng ape di utangi lha wong
setiap orang yang kenal pada takut semua karena mau tak utangi kok, emange aku
mau pinjem uang awakmu ??podo-podo senasib seperjuangan wae nggaya aweh solusi
sahut dengan cepat temen si mus.
Dengan sosok yang mbeling si mus mencoba mengajak temenya
yang gelisah akibat mikirin gak punya uang berdiskusi masalah par pol,
mengingat beberapa bulan terakhir pendaftaran caleg sudah di mulai untuk pemilu
tahun depan. “ Iya..ya la wong kita ini hanya rakyat kecil yang untuk nyari
makan sehari saja harus lari kesana-kesini bekerja, kalau tidak dapat hasil ya
akhirnya ngutang. Egk seperti para orang pintar di senayan sana, di gedung yang
merah dengan pendapat dan usulan mereka dapat mengamankan berbagai jenis proyek
yang berdalih untuk kesejahteraan rakyat eh tapi malah masuk kantong pribadinya”.
Tanggap teman si mus “lha iyooo to mus, mosok tadi Q liat
berita untuk menjadi anggota legislatif wae kudu punya uang banyak sampek
miliaran, inilah sebenere awal dari kegiatan korup sebagian pejabat negri ini. Padahal
mereka itu orang-orang yang maen otaknya tapi kok ya mau menggelontorkan uang
sbanyak itu untuk mendapatkan sebuah kursi/jabatan arti sebenere ora pinter
tapi guoblok tur buento,heemmm nek aku yo gowo duwet 50 ewu lungo nek pasar
kursi wae, ngko tuku kursi sing podo hahahahahaha”.
Setiap orang yang akan maju baik sebagai legislatif maupun
untuk kursi DPR dan jabatan negri ini kudu dan wajib memiliki uang buanyak.
Berbekal otak encer dengan pengetahuan berbagai teori dan kejujuran tidak laku.
Sebenarnya tidak sedikit orang yang benar-benar berkompeten dalam hal ini
memilih menjauh dan menjadi rakyat jelata karena kekecewaan mereka atas
bobroknya demokrasi selama ini.
Terlihat temen si mus sudah serius memikirkan hal ini, dan
seolah-olah dialah orang yang paling mengerti atas segala permasalahan negara
ini serta segala solosinya. Dalam hati si mus berkata “welaah pemikir negara
sudah mulai menunjukkan eksistentsinya, padahal untuk isi perut besok pagi aja
ra enek hemmmm sok-sok’an we le”.
Secara sepontan si mus mengembalikan permasalan ngobrolnya
pada isi perut dengan usaha menyadarkan temenya agar tidak bingung atau gundah
untuk makan esok hari. Keluarlah kata-kata bijak si mus “he kang wong sing ra
kerjo, ra utang, ra ngopo-ngopo mek gari ambekan thok wae ijeh biso mangan,
mosok awakmu sing sehat ko bingung”
Enek po, sopo????? Temen si mus dengan muka penasaran dan
nada tinggi bertanya.
Eneek lahhhh,,akeh. Sahut si mus.
Iyooo sopoooo kang???
Kae lho wong loro/ sakit nek rumah saki, ra nyabut gawe ra
ngopo-ngopo iseh mangan, pinggire enek jajan tur buah-buahan.hahahahahaha jawab
si mus dengan perasaan lega dan muka yang ngecee..sebelum temenya menyahut si
mus menyambung omonganya “orang bekerja kalo hanya untuk memikirkan untuk isi
perutnya, tak jauh berbeda dngan ayam yang lari kesana kemari untuk mencari
beras untuk perutnya. Bukankah manusia lebih mempunyai akal , yang ketika
bekerja mereka juga dapat memikirkan bagaimana keberlangsungan hidup
selanjutnya, tampa harus mengeluh dan hanya mengeluh. Bila tidak sambil bekerja
di iringi dengan ibadah dzikir karena itu akan lebih bermanfaat dan secara
otomatis akan menambah rejekinya.
“Heeeeheeee.....emmmm mus mus ra ngiro aku awakmu iso
ngomong koyok ngunu” temen si mus nyahut.
Si mus menjawab “Ikuuu udu kata-kataku, tapi aku mau sore
tas moco buku kebetulan isine ngono kui, tapi yoo emang itu yang harus menjadi
renungan kita kang”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar