Jumat, 15 Maret 2013

Segala cara yang penting lancar




Berusaha apanun yang saya posting di blog ini adalah apa yang keluar dari kemampuan diri sendiri atau bersifat orisinil adapun data-data yang saya ambil sebisa mungkin saya cantumkan sebagai penjelasan lebih lanjut ketika pembanca kurang mengerti dengan maksud tulisan saya.
Apapun keinginan seseorang atau cita-cita akan ditempuh dan dikejar walaupun dengan berbagai cara wajar maupun tidak. Karena logikanya ketika seorang ingin mendapatkan pemuas kebutuhan pribadinya maka dia harus mengorbankan suatu yang berharga yang lain, seperti ingin memiliki baju maka dia harus membeli dengan uang maka uang yang termasuk barang berharga harus ditukar untuk mendapatkan baju baru. Istilah inilah yang mungkin menjadi motto dari sebagian besar warga negara Indonesia yang ingin menjadi pegawai negri (PNS), jabatan pegawai negri sangat diidamkan karena dianggap memiliki jaminan pasti dengan gaji yang besar dan dana pensiun yang dapat menjadikan sejahtera kehidupan dimasa tuanya
Sekarang ini banyak praktek dengan istilah ada uang pelicin untuk memperlancarkan segala urusan, salah satunya menjadi pegwai negri. Dimaksudkan ketika calon pegawai mau membayar sejumlah uang tertentu yang ditawarkan oknum pegawai negri tertentu, maka si calon pegawai negri tersebut mendapatkan jaminan menjadi pegawai negri dengan mudah tanpa melalui prosedur semestinya. Bayangkan saja jika awal menjadi calon pegawai negri saja dia sudah membayar uang yang tentunya tidak sedikit jumlahnya, dan ketika dia menjadi pegawai negri maka dia juga akan memasang tarif sama bahkan lebih tinggi untuk meloloskan calon pegawai negri lainya.GAK APA LAH YANG PENTING AMAN!!!
Negri ini mungkin sudah penuh dengan kebohongan belaka, kesuksesan diinginkan melalui cara-cara instan. Segala dianggap bahwa yang cepat maka lebih baik, padahal proseslah sebenarnya yang menjadikan bukti kesuksesan seseorang. Selain itu dalam kalangan pendidikan juga ada istilah Tuku Bangku ( dalam bahasa jawa), maksudnya adalah tersedianya sistem penerimaan siswa-siswi tanpa adanya uji seleksi yakni dengan membeli satu kursi untuk dapat digunakan sebagai jaminan diterimanya calon siswa-siswi (Biasanya sich sistem ini ada di beberapa sekolah Negri). Sistem tersebut juga banyak dipakai oleh sebagian Perguruan Tinggi baik negri maupun swasta, dengan berbagai macam dalih mulai dari sumbangan gedung dan lain sebagainya.Bukankah tingkat subsidi pendidikan terus dinaikkan jumlahnya dari tahun ke tahun dalam Anggaran negara, kemanakah semua aliran dana tersebut???? Akankah lenyap ditelan bumi.
 Mungkin kebanyakan memang praktek ini dilakukan oleh mereka kalangan orang yang berduit, yang ingin menempuh pendidikan instan, menginginkan gelar instan, dan akhirnya ketika menjadi pemimpin inginya juga kerja yang instan dengan pundi-pundi bayaran bergelimpang. Sungguh miris bila menyaksikan hal seperti ini, akankah sejarah perjuangan kemerdekaan selama ini serasa tiada berguna. Para pejuang negri merelakan nyawanya sebagai taruhan untuk mendapat kemerdekaan agar para penerus bangsa dapat hidup lebih baik dari mereka. Perjuangan tersebut sebenarnya memberikan gambaran bagaimana proses untuk memperoleh kemerdekaan yang sangat berharga, hingga para pejuang yang gugur dikenang namanya sampai sekarang. Tolak ukur seperti inilah yang seharusnya dimiliki setiap jiwa masyarakat Indonesia, menjadikan proses kedewasaan sebagai pembelajaran agar segala macam praktek KKN dinegri ini dapat dihilangkan dan tumbuhlah budaya kejujuran diberbagai kalangan mulai dari tingkat ekonomi bawah hingga para Pegawai negri.
Semakin hari banyak pelajar melupakan kewajibanya, pejabat lupa akan janji dan tanggung jawabnya, serta dekadensi moral yang terus menggerus pribadi bangsa. Jika tidak di mulai perbaikan sekarang, akan sampai kapankah ini berlangsung, pemerintah yang menjadi acuan rakyat sudah kehilangan mata batin dengan memebrikan contoh korupsi yang besar-besaran dan hukuman yang seringan-ringanya. Bukti nyata rakyat mengikuti jejak para pejabat yakni dengan istilah yang penting aman, asalkan ada uang hukum dapat dimanipulasi, jabatan bisa dibeli, dan rakyat paling mudah dikibuli. Lucunya lagi mereka (para pejabat negara) adalah orang-orang yang berpendidikan tinggi tapi mengapa dengan kepandaian mereka malah banyak rakyat yang sengsara. Apaka ini maksud dari diwajibbkanya mencari ilmu?, agar nantinya setelah mengerti dapat membodohi orang lain bukanya memberi pengerrtian kepada yang lain.
Jikalau kita sudah tidak punya kepercayaan kepada para penguasa negara ini, mari kita memulai dari diri sendiri, lingkungan, serta saling mengingatkan kepada teman, kerabat, dan saudara. Ingat bahwa Tuhanpun tidak mewajibkan patuh kepada pemerintah yang dzolim dan rrakus akan kekuasaan. Negara yang punya bukan pejabat, tapi negara adalah milik rakyat dan kebehagiaan serta ketentraman dapat terwujud apabila rakyat sendiri yang menciptakanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar