Berusaha apanun yang saya posting di
blog ini adalah apa yang keluar dari kemampuan diri sendiri atau bersifat
orisinil adapun data-data yang saya ambil sebisa mungkin saya cantumkan sebagai
penjelasan lebih lanjut ketika pembanca kurang mengerti dengan maksud tulisan
saya.
Apapun
keinginan seseorang atau cita-cita akan ditempuh dan dikejar walaupun dengan
berbagai cara wajar maupun tidak. Karena logikanya ketika seorang ingin
mendapatkan pemuas kebutuhan pribadinya maka dia harus mengorbankan suatu yang
berharga yang lain, seperti ingin memiliki baju maka dia harus membeli dengan
uang maka uang yang termasuk barang berharga harus ditukar untuk mendapatkan
baju baru. Istilah inilah yang mungkin menjadi motto dari sebagian besar warga
negara Indonesia yang ingin menjadi pegawai negri (PNS), jabatan pegawai negri
sangat diidamkan karena dianggap memiliki jaminan pasti dengan gaji yang besar
dan dana pensiun yang dapat menjadikan sejahtera kehidupan dimasa tuanya
Sekarang
ini banyak praktek dengan istilah ada uang pelicin untuk memperlancarkan segala
urusan, salah satunya menjadi pegwai negri. Dimaksudkan ketika calon pegawai
mau membayar sejumlah uang tertentu yang ditawarkan oknum pegawai negri
tertentu, maka si calon pegawai negri tersebut mendapatkan jaminan menjadi
pegawai negri dengan mudah tanpa melalui prosedur semestinya. Bayangkan saja
jika awal menjadi calon pegawai negri saja dia sudah membayar uang yang
tentunya tidak sedikit jumlahnya, dan ketika dia menjadi pegawai negri maka dia
juga akan memasang tarif sama bahkan lebih tinggi untuk meloloskan calon
pegawai negri lainya.GAK APA LAH YANG
PENTING AMAN!!!
Negri
ini mungkin sudah penuh dengan kebohongan belaka, kesuksesan diinginkan melalui
cara-cara instan. Segala dianggap bahwa yang cepat maka lebih baik, padahal proseslah
sebenarnya yang menjadikan bukti kesuksesan seseorang. Selain itu dalam
kalangan pendidikan juga ada istilah Tuku
Bangku ( dalam bahasa jawa), maksudnya adalah tersedianya sistem penerimaan
siswa-siswi tanpa adanya uji seleksi yakni dengan membeli satu kursi untuk
dapat digunakan sebagai jaminan diterimanya calon siswa-siswi (Biasanya sich sistem ini ada di beberapa
sekolah Negri). Sistem tersebut juga banyak dipakai oleh sebagian Perguruan
Tinggi baik negri maupun swasta, dengan berbagai macam dalih mulai dari
sumbangan gedung dan lain sebagainya.Bukankah tingkat subsidi pendidikan terus
dinaikkan jumlahnya dari tahun ke tahun dalam Anggaran negara, kemanakah semua
aliran dana tersebut???? Akankah lenyap ditelan bumi.
Mungkin kebanyakan memang praktek ini
dilakukan oleh mereka kalangan orang yang berduit, yang ingin menempuh
pendidikan instan, menginginkan gelar instan, dan akhirnya ketika menjadi
pemimpin inginya juga kerja yang instan dengan pundi-pundi bayaran
bergelimpang. Sungguh miris bila menyaksikan hal seperti ini, akankah sejarah
perjuangan kemerdekaan selama ini serasa tiada berguna. Para pejuang negri
merelakan nyawanya sebagai taruhan untuk mendapat kemerdekaan agar para penerus
bangsa dapat hidup lebih baik dari mereka. Perjuangan tersebut sebenarnya
memberikan gambaran bagaimana proses untuk memperoleh kemerdekaan yang sangat
berharga, hingga para pejuang yang gugur dikenang namanya sampai sekarang. Tolak
ukur seperti inilah yang seharusnya dimiliki setiap jiwa masyarakat Indonesia,
menjadikan proses kedewasaan sebagai pembelajaran agar segala macam praktek KKN
dinegri ini dapat dihilangkan dan tumbuhlah budaya kejujuran diberbagai
kalangan mulai dari tingkat ekonomi bawah hingga para Pegawai negri.
Semakin
hari banyak pelajar melupakan kewajibanya, pejabat lupa akan janji dan tanggung
jawabnya, serta dekadensi moral yang terus menggerus pribadi bangsa. Jika tidak
di mulai perbaikan sekarang, akan sampai kapankah ini berlangsung, pemerintah
yang menjadi acuan rakyat sudah kehilangan mata batin dengan memebrikan contoh
korupsi yang besar-besaran dan hukuman yang seringan-ringanya. Bukti nyata
rakyat mengikuti jejak para pejabat yakni dengan istilah yang penting aman, asalkan ada uang hukum dapat dimanipulasi,
jabatan bisa dibeli, dan rakyat paling mudah dikibuli. Lucunya lagi mereka
(para pejabat negara) adalah orang-orang yang berpendidikan tinggi tapi mengapa
dengan kepandaian mereka malah banyak rakyat yang sengsara. Apaka ini maksud
dari diwajibbkanya mencari ilmu?, agar nantinya setelah mengerti dapat
membodohi orang lain bukanya memberi pengerrtian kepada yang lain.
Jikalau
kita sudah tidak punya kepercayaan kepada para penguasa negara ini, mari kita
memulai dari diri sendiri, lingkungan, serta saling mengingatkan kepada teman,
kerabat, dan saudara. Ingat bahwa Tuhanpun tidak mewajibkan patuh kepada
pemerintah yang dzolim dan rrakus akan kekuasaan. Negara yang punya bukan
pejabat, tapi negara adalah milik rakyat dan kebehagiaan serta ketentraman
dapat terwujud apabila rakyat sendiri yang menciptakanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar