Kamis, petang setelah sholat magrib 14 Maret 2013, perasaan akhir ini kepala terasa pusing sekali. Ntah karena kecapean atau mungkin karena lagi sakit kepala yang jelas tulisan ini bisa jadi obat. Keagungan sosok bapak liberal yang dikenal dengan paggilan gus dus (Abdurrahman Wahid) sudah tak asing lagi ditelinga kita masyarakat Indonesia. Yah,,sosok cendekiawan yang juga presiden ke 3 negri ini semasa pemerintahanya menimbulkan banyak kontofersi. Wajar setiap kebijakan yang diambil olehnya adalah kebijakan yang sifatnya tingkat tinggi.
Bentuk konkrit kebijakan tersebut adalah diperbolehkanya bendera OPM papua berkibar di tanah papua namun dengan ketentuan berada lebih rendah dari sang merah putih. Satu bentuk kebijakan yang dikalangan MPR maupun DPR kala itu sangat tidak rasional, namun terbukti dengan kebijakan itu tanah papua menjalin hubungan baik dengan ibu kota jakarta dan dengan sepenuh hati mengakui sebagai bagian dari NKRI. Sebagian kecil kebijakan yang sebenarnya patut untuk diapresiasi karena mengingat kala itu di tanah papua terjadi pergolakan ingin menjadi negara sendiri. Kalau kita boleh melihat dengan suudut pandang luas, memang hal itu menjadi pilihan yang baik bagi tanah papua karena dikatan merdeka dari penjajah asing namun mereka dijajah oleh bangsa sendiri. Kekayaan alam yang begitu melimpah ruah dikeruk habis oleh kebijakan-kebijakan yang mengandung unsur menguntungkan kelompok tertentu, sehingga rakyat papua merasa semua dinikmati oleh orang-orang yang ada di jakarta. Mengingat segala bentuk kemajuan pembangunan dan akses sengat pesat bagi pusat ibukota dan tidak dirasakan merata bagi rakyat papua.
Kebijakan itupun hanya berlangsung selama gus dur menjabat sebagai presiden, ketika beliau lengser dikarenakan penyakit yang diderita beliau digantikan oleh wakil presiden yakni mega watisukarno putri. Setelah itu terdengar bahwa pemimpin utama OPM ditembak mati dan akhirnya menimbulkan gejolak yang lebih luas dan sangat menyedihkan. Kenapa ?? karena bangsa ini berkonflik bukan melawan penjajah tapi melawan bangsanya sendiri ya tanah papua vs pemerintah negara. Kalau saja pemerintah saat itu tidak tergesa-gesa melakukan tindakan demikian dan mendalami kebijakan gus dur maka akan lebih baik. Hal ini tidak berbeda dengan DIY yang menggembor-gemborkan negri di dalam sebuah negara, toh hingga sekarang kehidupan rakyatnya sangat hanggar beni alias tidak ada masalah (kalo tidak salah arti) selama kebijakan yang dibuat tidak merugikan semua pihak terutama rakyat.
Coba kita bayangkan ketika tanah kelahiran kita mempunyai banyak potensi alam yang dapat dimanfaatkan dan menjadi prioritas utama untuk kehidupan serta kesejahteraan diambil oleh orang lain, bukan dalam jumblah sedikit namun banyak sekali. Tentu kita akan mempertahankan itu semua karena kita tau bahwa itu adalah hak kita, perihal itulah yang saya sinyalir sama dengan apa yang dilakukakn oleh rakyat papua. Mereka tidak mau hidup dalam keterbelakangan, mereka sadar bahwa setiap warga negara memiliki hak yang sama untuk mendapatkan fasilitas dan kehidupan yang layak dari negara dan itupun juga sudah diatur dalam undang-undang.
Bagi Gus Dur, mempertahankan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia di tanah yang panas,Papua, bukan dengan cara-cara kekerasan militer, melainkan dengan cara-cara damai dan akomodatif ( dikutip dari www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/.../38).Oleh karen itulah kesedihan kita sekarang terasa, betapa sosok yang cendekiawan dan pemimpin yang memihak pada rakyat telah tiada. Lihatlah prinsip sang Beliau Agama, Negara, baru keluarga (ini didapat dari pengakuan langsung wawancara anak gus dur). Betapa mulia, hingga sampai beliau tiadapun sebagian rakyat terus mendoakanya.
*Tulisan ini adalah sebagian cerita yang didapat dari tayangan MEMOAR Kompas Tv*
Bentuk konkrit kebijakan tersebut adalah diperbolehkanya bendera OPM papua berkibar di tanah papua namun dengan ketentuan berada lebih rendah dari sang merah putih. Satu bentuk kebijakan yang dikalangan MPR maupun DPR kala itu sangat tidak rasional, namun terbukti dengan kebijakan itu tanah papua menjalin hubungan baik dengan ibu kota jakarta dan dengan sepenuh hati mengakui sebagai bagian dari NKRI. Sebagian kecil kebijakan yang sebenarnya patut untuk diapresiasi karena mengingat kala itu di tanah papua terjadi pergolakan ingin menjadi negara sendiri. Kalau kita boleh melihat dengan suudut pandang luas, memang hal itu menjadi pilihan yang baik bagi tanah papua karena dikatan merdeka dari penjajah asing namun mereka dijajah oleh bangsa sendiri. Kekayaan alam yang begitu melimpah ruah dikeruk habis oleh kebijakan-kebijakan yang mengandung unsur menguntungkan kelompok tertentu, sehingga rakyat papua merasa semua dinikmati oleh orang-orang yang ada di jakarta. Mengingat segala bentuk kemajuan pembangunan dan akses sengat pesat bagi pusat ibukota dan tidak dirasakan merata bagi rakyat papua.
Kebijakan itupun hanya berlangsung selama gus dur menjabat sebagai presiden, ketika beliau lengser dikarenakan penyakit yang diderita beliau digantikan oleh wakil presiden yakni mega watisukarno putri. Setelah itu terdengar bahwa pemimpin utama OPM ditembak mati dan akhirnya menimbulkan gejolak yang lebih luas dan sangat menyedihkan. Kenapa ?? karena bangsa ini berkonflik bukan melawan penjajah tapi melawan bangsanya sendiri ya tanah papua vs pemerintah negara. Kalau saja pemerintah saat itu tidak tergesa-gesa melakukan tindakan demikian dan mendalami kebijakan gus dur maka akan lebih baik. Hal ini tidak berbeda dengan DIY yang menggembor-gemborkan negri di dalam sebuah negara, toh hingga sekarang kehidupan rakyatnya sangat hanggar beni alias tidak ada masalah (kalo tidak salah arti) selama kebijakan yang dibuat tidak merugikan semua pihak terutama rakyat.
Coba kita bayangkan ketika tanah kelahiran kita mempunyai banyak potensi alam yang dapat dimanfaatkan dan menjadi prioritas utama untuk kehidupan serta kesejahteraan diambil oleh orang lain, bukan dalam jumblah sedikit namun banyak sekali. Tentu kita akan mempertahankan itu semua karena kita tau bahwa itu adalah hak kita, perihal itulah yang saya sinyalir sama dengan apa yang dilakukakn oleh rakyat papua. Mereka tidak mau hidup dalam keterbelakangan, mereka sadar bahwa setiap warga negara memiliki hak yang sama untuk mendapatkan fasilitas dan kehidupan yang layak dari negara dan itupun juga sudah diatur dalam undang-undang.
Bagi Gus Dur, mempertahankan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia di tanah yang panas,Papua, bukan dengan cara-cara kekerasan militer, melainkan dengan cara-cara damai dan akomodatif ( dikutip dari www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/.../38).Oleh karen itulah kesedihan kita sekarang terasa, betapa sosok yang cendekiawan dan pemimpin yang memihak pada rakyat telah tiada. Lihatlah prinsip sang Beliau Agama, Negara, baru keluarga (ini didapat dari pengakuan langsung wawancara anak gus dur). Betapa mulia, hingga sampai beliau tiadapun sebagian rakyat terus mendoakanya.
*Tulisan ini adalah sebagian cerita yang didapat dari tayangan MEMOAR Kompas Tv*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar