Rabu, 02 April 2014

Kotak gambar dan suara


            Beberapa minggu dalam awal bulan serta awal tahun ini, terdapat berbagai macam sentilan dari sang Maha pencipta untuk negri ini. Sentilan yang dimaksud adalah gunung batuk dan muntah, bumi sedang bergerak, air yang ingin menggenang sementara dan juga belahan bumi yang ingin jatuh ke tempat yang lebih rendah. Si mus mungkin kurang begitu paham tentang kondisi kejiwaan dan batin para keluarga yang ditinggalkan oleh Syuhadak dari sentilan di atas. Namun doa yang terpanjat adalah amal mereka menjadi amal yang sangat luar biasa dan menjadikanya dekat dengan Sang Kholik (Yang Maha Kuasa) disana.
            Kata sentilan diambil oleh Si mus karena menuurutnya peristiwa-peristiwa di atas adalah murni keseimbangan alam dalam menyikapi berbagai perubahan kondisi bumi. Bila menilik ke dalam cerita orang tua dahulu, ketika datang banjir maka sikap hidup yang diambil oleh kebanyakan mereka adalah dengan ungkapan dan mengatakan kepada anak-anaknya bahwa air hanya ingin mengalir bersamaan dalam lintasan atau ruang yang manusia biasa berinteraksi, jadi tidak perlu membesar besarkan masalah air lewat dan secepatnya mencari tempat yang aman. Kondisi kejiwaan yang sangat besar dan sungguh patut untuk ditiru oleh orang-orang saat ini. Numun mungkin juga karena air yang lewat pada masa dahulu tak sebanyak dan sesering yang terjadi pada masa saat ini, tapi setidaknya kita juga patut meniru sikap hidup yang demekian.
            Pengamatan Si mus yang ditangkan lewat tulisan ini mungkin masih membutuhkan kejelian dan pendalaman lebih lanjut lagi. Sikap terhdap bencana yang terjadi pada saat ini adalah salah satunya dibentuk oleh sebuah kotak bergambar dan bersuara (TV). Kenapa demikian kotak yang menurut kebanyakan awalnya sebagai sebuah kemajuan keilmuan dan penemuan dengan perkembangan kepentingan inndustri menjadikan lemah mental. Pengaruh yang lebih besar dapat ditularkan lewat kotak ajaib ini kepada siapa saja yang melihatnya. Kemampuan mempengarui penglihatan dengan perpaduan suara menjadikannya bak sihir seorang hipnotis yang mempengaruhi alam bawah sadar.
            Dalam bidang studi komunikasi memang ada sebuah teori komunikasi media massa yang menyebutkan adanya teori tentang jarum hipodermik/ jarum suntik, walau bantahan terhadap teori tersebut juga ada. Sejauh perasaan Si mus teori ini mungkin yang membentuk sikap mental setiap orang saat ini menjadi lemah terhadap apa yang dinamakan sebagai bencana. Bertambahnya kepemilikan terhadap kotak ajaib televisi membuat sekelompok orang menjadikan kotak tersebut sebagai mata pencaharian dan indusrti, tentu itu semua juga ada faktor lain selain apa yang dikatakan dengan kebutuhan hidup dan konstruksi pencapaian ekonomi.
Namun yang peling menjadi sorotan Si mus terhadap teori di atas adalah ungkapan dasarnya yakni bahwa media televisi ibarat suntik yang didalamnya terdapat cairan racun atau obat yang bila disuntikan kedalam tubuh akan secara cepat menjalar keseluruh organ tubuh lewat aliran darah dan merubah kondisi tubuh menjadi apa yang dimasukan lewat jarum tersebut. Bila yang dimasukan adalah cairan penyembuh semisal antibody maka tubuh akan kuat dan mempunyai ketahanan, tapi jika yang dimasukan adalah cairan racun seperti bisa ular ataupun obat serangga maka tubuh akan mengalami kualitas ketahanan dan mungkin fungsi-fungsinya akan mati. Kata lain dari gambaran tersebut adalah setiap yang memakai kotak ajaib tersebut akan menerima secar mutlak dan meyakininya sebagai kebenaran sejati.
Dengan berbagai macam berita bencana yang disiarkan lewat kotak ajaib televisi mungkin akan dapat menjadikan setiap siapa saja yang melihatnya menjadi ngeri dan bahkan takut. Padahal tampa mereka sadari bahwa terdapat menipulasi dan dramatisasi demi kepentingan penaikan reting sebuah media televisi. Terdapat editan efek suara dan gambar yang sedemikian rupa bermaksud menarik semua khalayak agar menonton tayangan berita tersebut yang akhirnya akan melimpahkan pendapatan iklan dan lain sebagainya. Awal minggu ini juga terdapat peristiwa yang didramatisasi oleh pelaku kotak ajaib, yaitu muntahnya gunung dan meninggalnya penduduk setempat yang menengok kebun mereka di lereng gunung tersebut. Diberitakan di seluruh media massa kita secara serentak dengan judul “Gunung S meminta Korban”.
Sekilas memang terlihat tidak ada yang keliru, namun bila memahami betul katak-kata tersebut maka secara sepakat bahwa kita akan menyalahkan gunung S, dan akan mendapat pandangan setiap gunung seperti gunung S adalahh berbahaya dan kita wajib untuk menjauhi, tidak berdampingan denganya, dan bila perlu mengutuk Si gunung tersebut. Padahal kalau kita mau memikir dan mengkonstruksi ulang cara berfikir, kita akan menemukan keharmonisan dalam menyikapi kehidupan dan berdampingan dengan si gunung S tersebut. Ibarat orang yang sedang sakit batuk, gunung S hanya mengeluarkan lendir yang disinyalir menjadi penyakitnya, sehingga nantinya bisa sehat seperti sedia kala. Dan memang secara kebetulan ada semut yang terkena lendir tersebut akhirnya mati.
Tentu Si mus juga tidak bermaksud untuk menyamakan antara nyawa semut dengan manusia, karena memang kedua mahluk ini berbeda dan memang diciptakan untuk berbeda. Jika kita bisa sedikit mengambil pelajaran sebaiknya adalah seperti semut yang masih dalam lubang atau bersembunyi ketika orang mau mengeluarkan lendir dari mulutnya, sewaktu lendir tersebut sudah jatuh ketanah maka mereka keluar untuk mengerumuninya dan mendapatkan hasil makanan dari lendir tersebut. Dan mungkin yang terjadi dalam muntahnya gunung S adalah karena beberapa warga terhimpit masalah ketehanan pangan mereka yang tadinya sudah mengunggsi kembali kelereng untuk melihat kebun tanpa disadari bahwa kondisi Si gunung sedang ingin mengeluarkan lendir dan akhirnya mereka tertimpa lendir tersebut dan menjadi para Syuhadak di Sisi Sang Kholik.

Kondisi tersebut akhirnya didengar oleh para pelaku kotak ajaib dan akhirnya memuat dalam sajian menarik dan seolah simpatik terhadap apa yang terjadi, padahal orieentasi mereka adalah berjualan dan berjualan. Sehingga tampa mereka sadari ketahanan sikap hidup untuk mengetasi masalah yang sama juga ikut berkurang secara perlahan. Kotak tersebut telah menghipnotis siapa saja yang melihatnya dan membuat konstruk pemikiran bahwa setiap bencana sama dengan jahat, tampa ada pemikiran tentang apakah peeristiwa yang dikatak sebagai bencana tersebut merupakan teguran, sentilan, hukuman dari Tuhan ataukah sikap penyesuaian alam atas apa yang dibuat oleh setiap manusia di muka bumi ini. Karena tanah, air, udara juga merupakan mahluk yang mempunyai hak selayaknya manusia.

PesDem (Pesta Demokrasi) 2014


            Pesta demokrasi sebentar lagi akan dimulai, entah rasa bahagia atau juga sedih karena selain pesta pemilu juga ada indikasi terjadi fenomena-fenomena alam yang diluar kendali manusia bangsa ini. Sejak memasuki tahun baru, bangsa ini terus dicoba dan diuji oleh datangnya peristiwa alam, seperti air yang mengalir secara tidak sewajarnya dan dalam jumblah besar (banjir), gunung batuk mengeluarkan dahak (gunung meletus), bumi bergoyang (gempa bumi), dan juga masih banyak gejala-gejala lain yang nampaknya akan muncul.
            Tentu apa yang diungkapkan oleh Si mus bukanlah sebuah keputusasaan atas anugrah berupa ujian, karena jika setiap penduduk negri ini sanggup mengatasinya maka sudah pasti akan bertambah kualitas kehidupanya. Tapi bila mendengar kabar dari saudara nun jauh disana banyak gejala-gejala aktifnya beberapa gunung yang mungkin selama ratusan tahun sudah tidur, dan kini mulai membuat beberapa orang panik untuk mengungsi karena trauma melihat berbagai berita tentang hal yang sama dan katanya meeminta korban. Menjadi pengamatan dan perenungan bersama, apakah ini semua dilimpahkan sebagai rahmat/ teguran ataukah sebagai balasan atas beberapa kerusakan baik moral maupun non moral. Mengingat cerita singkat tentang kelakuan para kaum terdahulu semisal kaum nabi Nuh yang ditenggelamkan karena memang tidak dapat diperbaiki lagi ahlaknya, termasuk di dalamnya anak dan istri sang Nabi.
            Namun hal yang menarik dari penghancuran kaum Nuh adalah ditatanya kembali tatanan orang yang taat. Karena yang selamat dari bahaya bah adalah mereka yang terpilih sebagai orang yang paling baik diantara kaum yang sangat banyak jumblah orangya. Setelah tatanan tersebut berlangsung beberapa abad hingga pada masa sekarang, banyak perubahan yang terjadi pada keturunan orang yang taat itu.Ada yang lebih rusak dan kembali kepada perilaku-perilaku kaum dahulu namun juga ada yang menjadi lebih baik dan taat. Dengan demikian akankah kita menunggu penghancuran dan penataan kembali dari Yang Maha Kuasa, sebagaimana penghancuran kaum nabi Nuh? Ataukah kita mencari dan memperbaiki semuanya sebelum kejadian di atas terulang kembali.
            Si mus hanya tau sedikit tentang berbagai macam hal, dan tidak ada kapasitas untuk menjelaskan secara jelas dan terstruktur seperti yang dilakukan oleh para pakar penelitian. Sifat pengamatanya adalah subjektif dan kurang dapat dipahami oleh orang yang tidak paham. Si mus juga tidak memaksakan siapapun untuk paham karena dia bukan pemegang hak untuk memberikan pemahaman. PesDem PesDem PesDem, tahun terjadi gejala bencana nampak dan bencana tak nampak. Bencana nampak adalah bencana yang dialami secara kasat mata terlihat, seperti banjir dan lain-lain. Sedang bencana tak nampak adalah bencara penurunan nilai keihlasan membantu saudara yang terkena bencana nampak demi mendapatkan dukungan, popolaritas, dan suara agar bisa menjadi orang.
Orang ya Orang pokoe tetep Orang.
            Salah satu kalimat yang sempet Si mus baca dan di ingatnya ialah orang belum bisa dikatakan orang kalau belum memiliki pekerjaan tetap, gaji, jabatan, kedudukan, dan juga kekuasaan. Dalam rumusan guru spiritualnya berinisial MH, mungkin Si mus tidak akan pernah dianggapnya sebagai murid karena sang MH tidak pernah mengikrarkan diri sebagai Guru. Rumusan beliau adalah Orang + terkenal = ‘Orang’. Orang + terkenal + jabatan = ‘Orang Banget’.

            Jika caranya memberikan bantuan kepada korban banjir dapat membantu menaikan popularitasnya, maka dengan cekatan dia akan melakukanya. Dengan perasaan bahagia akan mendapatkan imbalan berupa keteneran (popularitas) di mata masyarakat. Dan seolah menunjukan diri bahwa pemimpin atau wakil rakyat yang baik adalah orang yang cepat tergerak untuk membantu ketika saudaranya berada dalam kesusahan, tiada yang lain hanya dia-dia-dan cuma dia. Nilai kebenaran dari kalimat yang mempunyai inti saling tolong menolong tersebut memang mutlak disetujui bersama, namun menjadi salah bila sang pemberi bantuan mengharapkan dukungan agar menjadi pemimpin dengan tujuan dan kepentingannya sendiri sehingga yang sebenarnya terjadi adalah pemanfaatkan kondisi tertentu untuk mencapai tujuanya sendiri.